­

World Pharmacists Day

by - Thursday, October 01, 2015


Kemaren di instagram, teman-teman yang sebagian besar pharmacist-to-be, ramai memposting foto yang sama. Foto dengan dua kolom, yang satu adalah banner dan yang sebelahnya foto mereka yang menandakan kalo mereka adalah calon farmasis. 



 YAPPP

Seperti keterangan di atas, kemarin adalah harinya farmasis. World Pharmacists day. Untuk memeriahkan hari kebesaran itu hampir sebagian teman saya memposting foto dan menulis caption yang menarik,
pharmacist; your partner in health, your partner in heart :D

Masih banyak caption-an lain selain itu, tapi yang paling menarik perhatian saya adalah yang di atas, unik. Haha. Dari pagi sampe malam setiap ngecek instagram foto-foto yang berseliweran masih seputaran itu karena memang temen-temen di instagram ya teman-teman yang satu jurusan :p

Di kampus, ada aksi bagi-bagi sandwich gratis dalam rangka memperingati harinya farmasis ini, juga aksi penulisan harapan kedepan untuk farmasis yang kemudian ditempel di dinding tiang kampus. Harapan yang saya tulis saat itu adalah semoga farmasis lebih dikenal masyarakat. Selalu berkontribusi dalam dunia kesehatan.

Emang farmasis belum dikenal? Sampai saat ini banyak masyarakat yang masih asing dengan siapa itu farmasis, yang masyarakat tau farmasi(s) itu obat. Lebih tepatnya orang yang ada di apotek-apotek, yang meracik obat dan yang menjual obat. Kenyataannya farmasis adalah lebih dari itu. Farmasis adalah orang yang mengetahui seluk-beluk obat. Orang yang harusnya menentukan obat apa dan berapa dosis yang tepat untuk setiap pasien setelah mengetahui kondisi pasien dari diagnosa dokter. Tapi kebanyakan orang hanya tau farmasis adalah orang yang menyiapkan obat atas resep yang ditulis dokter.

Saat ini, dirumah-rumah sakit tertentu peran farmasis sangat diperlukan saat melakukan kunjungan pasien di bangsal-bangsal. Dokter, perawat, dan farmasis bersama-sama melakukan kunjungan pasien untuk mengecek kondisi pasien. Dokter memeriksa perkembangan sang pasien dari data perawat maupun dari hasil pemeriksaannya dan farmasis menentukan apakah obat yang telah diberikan memberikan efek yang baik atau tidak, apakah keluhan pasien dari data perawat adalah efek samping suatu obat, apakah obat yang diberikan tetap diberikan atau dihentikan dan digantikan dengan yang lain saat melihat kondisi pasien dan bagaimana dengan dosisnya, itulah kerjaan seorang farmasis.

Memang belum semua rumah sakit melakukan kolaborasi yang baik seperti itu, hanya rumah sakit besar yang baru melakukannya. Namun perlahan tapi pasti rumah sakit-rumah sakit yang lain akan melakukan kolaborasi kunjungan seperti itu karena memberikan obat memerlukan keahlian khusus dan itu adalah keahlian farmasis.

Nah, dalam rangka memperingati hari farmasis nih saya mau menceritakan awal mula bisa masuk dalam jurusan ini. Karena pengennya yang antimainstream, saya kemarin nggak ikutan upload foto kayak teman-teman yang lain. Sengaja mau sharing-sharing aja awal masuk ke dunia farmasi karna kan sebentar lagi mau jadi farmasis hihi. udah semester tujuh, pharmacist-to-be nih :D.

Sebenernya kalau ditelisik kebelakang, pilihan farmasi ini bukan karena pilihan sendiri. Ini adalah pilihan bapak ibu, tapi bukan dengan pemaksaan. Dulu langsung setuju-setuju aja waktu dibilangin daftar SMF aja karena selepas SMP nggak tau mau masuk SMA atau SMK-yang-jurusanya-juga-nggak-tau-apa. Padahal waktu itu nggak tau apa itu farmasi, katanya sih belajar tentang obat-obatan yang kalo lulus nanti langsung bisa kerja di apotek. Taunya dulu kalo mau kerja di apotek bisa orang biasa padahal oh ternyata harus tau tentang obat.

Jadi ceritanya kenapa bapak-ibu bisa menyarankan nyoba daftar ke SMF adalah karena saran guru les. Semacam saran berdasarkan saran. Waktu itu sore hari selepas les matematika terakhir dirumah, bapak-ibu bertanya ke Mbak Nila, kalau lihat kemampuan saya selama les sebaiknya saya ngelanjutin di sekolah mana. Mbak Nila pun menyarankan coba daftar SMF dulu, yang bapak-ibu tau tentang SMF itu cuma biayanya, mahal. Tapi karena kemauan bapak-ibu sendiri buat sanggup membiayai jadilah tetap jalan walaupun mahal, 
yang saya ingat dulu ibu bilang "Berani gak pak nyekolahin Rani disana?"

 "ya ibu gimana?" tanya balik bapak.

 "ya berani aja, mumpung bapak masih kerjalah, di rewangi ngutang kalo gak bisa. Kalo gak nekat gak bakal jalan." Ini kata-kata ibu yang nggak bakal dilupain. Penyemangat bangeeeet :’)

Satu hari setelah disarankan dan terjadi percakapan di atas, besoknya bapak-ibu langsung ke SMF buat tanya kapan pendaftarannya, karena nggak mau telat kayak si mbak dulu. Iya jadi si mbak dulu juga mau di daftarin ke SMF tapi telat karena pendaftaran udah tutup. Pendaftaran SMF emang lebih cepat dari sekolah lainnya. Belum sampai pengumuman kelulusan SMP pendaftaran sudah dibuka dan ditutup beberapa hari setelah pengumuman kelulusan SMP.

Sewaktu bapak ibu kesana ternyata pendaftaran belum dibuka, bapak-ibu terlalu cepat :D tapi seenggaknya bapak ibu dapat info kapan dibuka pendaftaran. Dua hari setelah pendaftaran dibuka akhirnya saya mendaftar, bisa ditebak saya termasuk pendaftar awal donk haha. Tapi ternyata waktu mendaftar ada syarat yang kurang dan terpaksa pulang, balik lagi satu minggu kemudian dan dapat nomer pendaftaran 68.

Beda nih dengan SMA-SMA yang butuh nilai NEM untuk bisa masuk, di SMF untuk masuk harus melalui ujian tertulis dan ujian kesehatan. Ujian tertulis saat itu diikuti 570an calon murid, setelah lolos tes tertulis lanjut tes kesehatan. Alhamdulilah setelah melalui dua tes tersebut saya resmi menjadi murid SMF di tahun ajaran 2008/2009. Inget banget dulu setelah pengumuman tertulis, para orangtua calon murid diminta hadir di pendopo sekolah siang itu juga. Disana para orangtua tersebut diyakinkah bahwa biaya yang  akan dikeluarkan berbeda dengan dengan SMA-SMA lain dan alhamdulilah bapak-ibu tetap mantap menyekolahkan saya di SMF, sampai saat ini yang sudah hampir menjadi farmasis :D

Well, kayaknya cukup segini dulu. Di harinya farmasis ini semoga cerita ini selalu menjadi pengingat dan penyemangat bagaimana saya harus menjadi farmasis yang sukses, yang profesional, yang selalu semangat sebagaimana bapak-ibu semangat membiayai jurusan farmasi ini :’)

To the pharmacist and pharmacist-to-be,

Happy world pharmacists day!! :)

You May Also Like

0 komentar