World Pharmacists Day
Kemaren di
instagram, teman-teman yang sebagian besar pharmacist-to-be, ramai memposting
foto yang sama. Foto dengan dua kolom, yang satu adalah banner dan yang
sebelahnya foto mereka yang menandakan kalo mereka adalah calon farmasis.
YAPPP
Seperti keterangan
di atas, kemarin adalah harinya farmasis. World Pharmacists day. Untuk
memeriahkan hari kebesaran itu hampir sebagian teman saya memposting foto dan
menulis caption yang menarik,
pharmacist; your partner in health, your
partner in heart :D
Masih banyak caption-an
lain selain itu, tapi yang paling menarik perhatian saya adalah yang di atas,
unik. Haha. Dari pagi sampe malam setiap ngecek instagram foto-foto yang
berseliweran masih seputaran itu karena memang temen-temen di instagram ya
teman-teman yang satu jurusan :p
Di kampus, ada
aksi bagi-bagi sandwich gratis dalam rangka memperingati harinya farmasis ini,
juga aksi penulisan harapan kedepan untuk farmasis yang kemudian ditempel di
dinding tiang kampus. Harapan yang saya tulis saat itu adalah semoga farmasis lebih dikenal masyarakat.
Selalu berkontribusi dalam dunia kesehatan.
Emang
farmasis belum dikenal? Sampai saat ini banyak masyarakat yang masih
asing dengan siapa itu farmasis, yang masyarakat tau farmasi(s) itu obat. Lebih
tepatnya orang yang ada di apotek-apotek, yang meracik obat dan yang menjual
obat. Kenyataannya farmasis adalah lebih dari itu. Farmasis adalah orang yang
mengetahui seluk-beluk obat. Orang yang harusnya menentukan obat apa dan berapa
dosis yang tepat untuk setiap pasien setelah mengetahui kondisi pasien dari
diagnosa dokter. Tapi kebanyakan orang hanya tau farmasis adalah orang yang
menyiapkan obat atas resep yang ditulis dokter.
Saat ini,
dirumah-rumah sakit tertentu peran farmasis sangat diperlukan saat melakukan
kunjungan pasien di bangsal-bangsal. Dokter, perawat, dan farmasis bersama-sama
melakukan kunjungan pasien untuk mengecek kondisi pasien. Dokter memeriksa
perkembangan sang pasien dari data perawat maupun dari hasil pemeriksaannya dan
farmasis menentukan apakah obat yang telah diberikan memberikan efek yang baik
atau tidak, apakah keluhan pasien dari data perawat adalah efek samping suatu
obat, apakah obat yang diberikan tetap diberikan atau dihentikan dan digantikan
dengan yang lain saat melihat kondisi pasien dan bagaimana dengan dosisnya,
itulah kerjaan seorang farmasis.
Memang belum
semua rumah sakit melakukan kolaborasi yang baik seperti itu, hanya rumah sakit
besar yang baru melakukannya. Namun perlahan tapi pasti rumah sakit-rumah sakit
yang lain akan melakukan kolaborasi kunjungan seperti itu karena memberikan
obat memerlukan keahlian khusus dan itu adalah keahlian farmasis.
Nah, dalam
rangka memperingati hari farmasis nih saya mau menceritakan awal mula bisa
masuk dalam jurusan ini. Karena pengennya yang antimainstream, saya kemarin
nggak ikutan upload foto kayak teman-teman yang lain. Sengaja mau
sharing-sharing aja awal masuk ke dunia farmasi karna kan sebentar lagi mau
jadi farmasis hihi. udah semester tujuh, pharmacist-to-be nih :D.
Sebenernya kalau
ditelisik kebelakang, pilihan farmasi ini bukan karena pilihan sendiri. Ini
adalah pilihan bapak ibu, tapi bukan dengan pemaksaan. Dulu langsung
setuju-setuju aja waktu dibilangin daftar SMF aja karena selepas SMP nggak tau
mau masuk SMA atau SMK-yang-jurusanya-juga-nggak-tau-apa. Padahal waktu itu
nggak tau apa itu farmasi, katanya sih belajar tentang obat-obatan yang kalo
lulus nanti langsung bisa kerja di apotek. Taunya dulu kalo mau kerja di apotek
bisa orang biasa padahal oh ternyata harus tau tentang obat.
Jadi ceritanya
kenapa bapak-ibu bisa menyarankan nyoba daftar ke SMF adalah karena saran guru
les. Semacam saran berdasarkan saran. Waktu itu sore hari selepas les
matematika terakhir dirumah, bapak-ibu bertanya ke Mbak Nila, kalau lihat
kemampuan saya selama les sebaiknya saya ngelanjutin di sekolah mana. Mbak Nila
pun menyarankan coba daftar SMF dulu, yang bapak-ibu tau tentang SMF itu cuma
biayanya, mahal. Tapi karena kemauan bapak-ibu sendiri buat sanggup membiayai
jadilah tetap jalan walaupun mahal,
yang saya ingat dulu ibu bilang "Berani
gak pak nyekolahin Rani disana?"
"ya ibu gimana?" tanya balik bapak.
"ya berani aja, mumpung bapak masih
kerjalah, di rewangi ngutang kalo gak bisa. Kalo gak nekat gak bakal
jalan." Ini kata-kata ibu yang nggak bakal dilupain. Penyemangat bangeeeet
:’)
Satu hari
setelah disarankan dan terjadi percakapan di atas, besoknya bapak-ibu langsung
ke SMF buat tanya kapan pendaftarannya, karena nggak mau telat kayak si mbak
dulu. Iya jadi si mbak dulu juga mau di daftarin ke SMF tapi telat karena
pendaftaran udah tutup. Pendaftaran SMF emang lebih cepat dari sekolah lainnya.
Belum sampai pengumuman kelulusan SMP pendaftaran sudah dibuka dan ditutup
beberapa hari setelah pengumuman kelulusan SMP.
Sewaktu bapak
ibu kesana ternyata pendaftaran belum dibuka, bapak-ibu terlalu cepat :D tapi
seenggaknya bapak ibu dapat info kapan dibuka pendaftaran. Dua hari setelah
pendaftaran dibuka akhirnya saya mendaftar, bisa ditebak saya termasuk
pendaftar awal donk haha. Tapi ternyata waktu mendaftar ada syarat yang kurang
dan terpaksa pulang, balik lagi satu minggu kemudian dan dapat nomer
pendaftaran 68.
Beda nih dengan
SMA-SMA yang butuh nilai NEM untuk bisa masuk, di SMF untuk masuk harus melalui
ujian tertulis dan ujian kesehatan. Ujian tertulis saat itu diikuti 570an calon
murid, setelah lolos tes tertulis lanjut tes kesehatan. Alhamdulilah setelah
melalui dua tes tersebut saya resmi menjadi murid SMF di tahun ajaran 2008/2009.
Inget banget dulu setelah pengumuman tertulis, para orangtua calon murid
diminta hadir di pendopo sekolah siang itu juga. Disana para orangtua tersebut
diyakinkah bahwa biaya yang akan
dikeluarkan berbeda dengan dengan SMA-SMA lain dan alhamdulilah bapak-ibu tetap
mantap menyekolahkan saya di SMF, sampai saat ini yang sudah hampir menjadi
farmasis :D
Well, kayaknya
cukup segini dulu. Di harinya farmasis ini semoga cerita ini selalu menjadi
pengingat dan penyemangat bagaimana saya harus menjadi farmasis yang sukses,
yang profesional, yang selalu semangat sebagaimana bapak-ibu semangat membiayai
jurusan farmasi ini :’)
To the
pharmacist and pharmacist-to-be,
Happy world
pharmacists day!! :)
0 komentar