Liburan Semester 6
Kemaren waktu buka-buka blog
sendiri, saya stuck di postingan Liburan Semester 5. Saya lupa kalo saya pernah
memposting cerita liburan semester saya hihi. saya pikir itu postingan satu
tahun yang lalu tapi ternyata itu postingan enam bulan yang lalu. Yup waktu
liburan semester lima menuju semester enam. Sekarang? Udah masuk semester tujuh
ternyata. Kaget sendiri haha bentar lagi luluskan ya? Aminnnn
Kalau ada cerita di liburan
semester lalu berarti harusnya ada cerita diliburan semester enam kemaren dong.
Dan yap saya akan mulai menceritakannya, disela-sela penyempurnaan proposal
skripsi.
Liburan semester ini sudah
diprediksi dari semester kemaren bakal sibuk sama yang namanya KKN, dan
alhamdulilah sesuai prediksi. Selain itu juga bertepatan dengan bulan ramadhan
jadi ya selain ada cerita KKN bakal ada juga cerita waktu lebaran—ketika kena
cacar. Sama seperti liburan setiap menjelang lebaran sebelumnya, liburan selalu
diisi dengan tanggung jawab jaga apotek. Bekerja disaat minggu-minggu terakhir
bulan ramadhan. Waktu dimana awal mula virus cacar di berinkubasi di dalam
tubuh.
Cerita bermula ketika pertengah
bulan ramadhan, waktu dimana adek saya yang paling kecil terkena cacar. Saat tau
adek kena cacar saya sudah bilang ke ibu kalau saya nggak mau menemani adek
tidur, karena saya nggak mau kena cacar. Iya udah segede gini belum kena cacar.
Sayangnya ketidakmauan menemani adek tidur ini cuma berlangsung beberapa hari.
Sebelum dia sembuh benar saya sudah kembali tidur menemani adek. Kenapa? Karena
saya pikir imun tubuh saya cukup kebal. Toh buktinya udah beberapa hari tidak
tertular. Lagipula saya pikir kalaupun tertular ya malahan, kan masih libur, jadi
nggak bakal ngganggu aktivitas, nggak harus absen ke kampus.
Waktu berjalan, hari H lebaran
semakin dekat. Adek ibu dan mbak mudik duluan ke kampung halaman. Tinggalah saya
dan bapak jadi pengghuni terakhir rumah, karena masih ada tanggung jawab
sehingga tidak memungkinkan untuk mudik lebih cepat juga. Di rumah tanpa ibu
tapi dengan bapak itu ada plus minusnya. Terutama soal makanan, minusnya kalo
mau makan harus keluar dulu buat beli jadi atau masak dulu yang artinya
memperpanjang waktu lapar. Plusnya kalo mau makan diluar nggak susah, tinggal
minta duit sama bapak hihi.
Nah kebiasaan saya kalo mau yang
praktis waktu ibu mudik itu beli sate. Dan itupun yang saya lakukan buat buka
puasa dan sahur dua hari berturut-turut saat ditinggal mudik duluan. Dua hari
nggak makan sayur ternyata jadi penyebab mula si virus berkembang dalam tubuh saya.
Dan saya tidak menyadari itu. Yang saya ingat tiba-tiba saja selepas bangun
tidur punggung saya ada bintik merah yang kalo disentuh lumayan perih.
Saat itu saya berpikir kalo
bintik merah itu hanya luka karena tomcat, karena satu hari sebelumnya saat saya
tidur di rumah bude didinding kamarnya ada tomcat. Bukannya bangun untuk menghindarinya,
saya malah tetap tidur karena saking capek dan ngantuk setelah muter-muter
kampung untuk berlebaran.
“cuma bintik merah kecil kayak
ada airnya” kata mbak saya saat saya tunjukan bintikan itu. Saya pun santai
mendengar itu, pasti ini gara-gara si tomcat, pikir saya. Tapi setelah
dipikir-pikir ada yang aneh dengan tubuh saya saat itu, saya melihat beberapa
bagian tubuh saya merah-merah seperti
habis digigit nyamuk. Seketika itu juga saya mulai cemas kalau-kalau itu adalah
calon cacar. Dengan kondisi seperti itu saya belum bercerita pada ibu. Sengaja
karna mau lihat keesokan harinya, apakah merah-merah yang ada ditubuh saya
semakin bertambah atau tidak yang bakal menandakan itu cacar atau bukan.
Keesokan harinya, sesaat setelah
bangun tidur saya lantas mengecek tubuh saya dan hasilnya positif! Tanda
kemerah-merahan itu semakin membentuk bintik kecil dan di bagian lain muncul
kemerah-merahan yang lain. Saat itulah saya melihatkannya pada ibu dan ibu
bilang “waah ya bener cacar itu”
Siangnya, gejala cacar semakin
tampak. Badan saya lemas, suhu tubuh saya naik dan saya merasa pusing. Alhasil
siang itu saya habiskan untuk tidur setelah berdiri sekitar 15 menit melihat
pertunjukan jatilan di kampung saya. Pusing tidak terkira.
Saya tidak mengira akhirnya
terkena cacar disaat-saat seperti ini. Saat dimana liburan akan berakhir dan
KKN akan segera dimulai. Imun tubuh yang saya pikir kebal ternyata cukup lemah
untuk dikalahkan virus cacar, asupan sayur di akhir bulan ramadhan yang tidak
pernah tersentuh ditambah kelelahan mudik dan jalan-jalan saat halal bihalal
berhasil menguatkan si virus dalam tubuh.
Jumlah bintik-bintik cacar waktu
masih sakit terlihat banyak sekali. Rasanya sedih saat melihat badan banyak
dihiasi bintikan yang berisi air yang gatalnya luar biasa, dan perihnya kalo
berbaring tidur. Tapi ternyata jumlah cacar ini termasuk sedikit menurut teman
saya. Setidaknya tidak banyak yang muncul di kaki, tangan dan wajah—hanya
berkisar lima bintik yang muncul di masing-masingnya.
![]() |
Cacar yang muncul di pergelangan tangan. Iseng Foto :p |
Satu hal yang saya cemaskan saat
terkena virus ini adalah KKN saya. Saya tidak bisa membayangkan saya KKN dengan
membawa virus yang dapat menularkan pada oranglain. Banyak anak-anak kecil yang
pasti belum pernah terkena cacar dan pasti rentan untuk terkena cacar,
sedangkan banyak proker KKN yang mengharuskan berinteraksi dengan anak-anak.
Saya cuma tidak mau jadi agen penyebab itu, hiks, kasian anak-anak kalo harus
tertular juga.
Dokter menyarankan untuk seminggu
kedepan—sedangkan tiga hari lagi harus mulai KKN—tetap dirumah saja, jangan
kemana-mana untuk mempercepat proses penyembuhan tapi apa mau dikata, tanda-tanda
izin KKN tidak ada. Dosen menyarankan untuk mandi menggunakan daun yang saya
lupa namanya untuk mempercepat proses pengeringan cacar. Tiga hari yang
seharusnya digunakan untuk mengistirahatkan tubuh hanyalah bayangan semata.
Tiga hari itu saya gunakan untuk mempersiapkan perlengkapan KKN. Tubuh saya paksa bergerak di bawah terik matahari
di siang hari. Sisanya di sore hari sampai malam hanya bisa merasakan
akibatnya. Tubuh kembali demam dan peningnya luar biasa. Waktu malam hari yang
di wacanakan untuk packing pakaian menjadi terundur sampai satu malam sebelum
menjelang hari keberangkatan, bahkan beberapa jam sebelum kumpul dikampus masih
disiibukkan dengan packing-packing. Bahkan materi untuk proker individu tidak
tersentuh untuk dikerjakan. Merasa kelabakan? Ya, pasti. Merasa tidak semangat
KKN? Ya, sama sekali.
Tapi Alhamdulilah, Allah benar-benar
baik. Sesampainya di tempat KKN semua keluhan yang biasa dirasa, seperti lemas
hilang seketika. Saat bertemu kembali dengan teman-teman KKN rasa tidak enak
badan hilang begitu saja. Malam hari yang biasa demam kambuh hilang entah
kemana. Banyak aktivitas tapi seketika itu juga rasa semangat datang. Ajaib. Satu kata itu yang bisa mewakilkannya.
Tidur malam tidak sepanjang tidur
dirumah memang tapi badan tidak menolaknya, bangun tengah malam untuk menyiapkan
materi proker, menjalankan proker keilmuan, keagamaan, seni dan olahraga, dan
tematik setiap hari. Alhamdulilah semua berjalan lancar.
Walaupun tiga bintikan muncul di
wajah yang artinya menggangu pemandangan :p tapi saya tidak terganggu. Bintikan
itu kata teman terlihat seperti jerawat karena memang sudah agak kering. Yang
saya syukuri sampai sekarang mengingat perjuangan saya di awal-awal cacar
adalah sampai berakhirnya waktu KKN saya sama sekali tidak merasa lelah.
Alhamdulilah sekali. Terimakasih ya Allah \(^ ^)/
![]() |
Empat cacar yang muncul di wajah >,<” |
0 komentar