­

Liburan Semester 6

by - Monday, September 21, 2015

Kemaren waktu buka-buka blog sendiri, saya stuck di postingan Liburan Semester 5. Saya lupa kalo saya pernah memposting cerita liburan semester saya hihi. saya pikir itu postingan satu tahun yang lalu tapi ternyata itu postingan enam bulan yang lalu. Yup waktu liburan semester lima menuju semester enam. Sekarang? Udah masuk semester tujuh ternyata. Kaget sendiri haha bentar lagi luluskan ya? Aminnnn

Kalau ada cerita di liburan semester lalu berarti harusnya ada cerita diliburan semester enam kemaren dong. Dan yap saya akan mulai menceritakannya, disela-sela penyempurnaan proposal skripsi.
Liburan semester ini sudah diprediksi dari semester kemaren bakal sibuk sama yang namanya KKN, dan alhamdulilah sesuai prediksi. Selain itu juga bertepatan dengan bulan ramadhan jadi ya selain ada cerita KKN bakal ada juga cerita waktu lebaran—ketika kena cacar. Sama seperti liburan setiap menjelang lebaran sebelumnya, liburan selalu diisi dengan tanggung jawab jaga apotek. Bekerja disaat minggu-minggu terakhir bulan ramadhan. Waktu dimana awal mula virus cacar di berinkubasi di dalam tubuh.

Cerita bermula ketika pertengah bulan ramadhan, waktu dimana adek saya yang paling kecil terkena cacar. Saat tau adek kena cacar saya sudah bilang ke ibu kalau saya nggak mau menemani adek tidur, karena saya nggak mau kena cacar. Iya udah segede gini belum kena cacar. Sayangnya ketidakmauan menemani adek tidur ini cuma berlangsung beberapa hari. Sebelum dia sembuh benar saya sudah kembali tidur menemani adek. Kenapa? Karena saya pikir imun tubuh saya cukup kebal. Toh buktinya udah beberapa hari tidak tertular. Lagipula saya pikir kalaupun tertular ya malahan, kan masih libur, jadi nggak bakal ngganggu aktivitas, nggak harus absen ke kampus.

Waktu berjalan, hari H lebaran semakin dekat. Adek ibu dan mbak mudik duluan ke kampung halaman. Tinggalah saya dan bapak jadi pengghuni terakhir rumah, karena masih ada tanggung jawab sehingga tidak memungkinkan untuk mudik lebih cepat juga. Di rumah tanpa ibu tapi dengan bapak itu ada plus minusnya. Terutama soal makanan, minusnya kalo mau makan harus keluar dulu buat beli jadi atau masak dulu yang artinya memperpanjang waktu lapar. Plusnya kalo mau makan diluar nggak susah, tinggal minta duit sama bapak hihi.

Nah kebiasaan saya kalo mau yang praktis waktu ibu mudik itu beli sate. Dan itupun yang saya lakukan buat buka puasa dan sahur dua hari berturut-turut saat ditinggal mudik duluan. Dua hari nggak makan sayur ternyata jadi penyebab mula si virus berkembang dalam tubuh saya. Dan saya tidak menyadari itu. Yang saya ingat tiba-tiba saja selepas bangun tidur punggung saya ada bintik merah yang kalo disentuh lumayan perih.

Saat itu saya berpikir kalo bintik merah itu hanya luka karena tomcat, karena satu hari sebelumnya saat saya tidur di rumah bude didinding kamarnya ada tomcat. Bukannya bangun untuk menghindarinya, saya malah tetap tidur karena saking capek dan ngantuk setelah muter-muter kampung untuk berlebaran.

“cuma bintik merah kecil kayak ada airnya” kata mbak saya saat saya tunjukan bintikan itu. Saya pun santai mendengar itu, pasti ini gara-gara si tomcat, pikir saya. Tapi setelah dipikir-pikir ada yang aneh dengan tubuh saya saat itu, saya melihat beberapa bagian tubuh saya  merah-merah seperti habis digigit nyamuk. Seketika itu juga saya mulai cemas kalau-kalau itu adalah calon cacar. Dengan kondisi seperti itu saya belum bercerita pada ibu. Sengaja karna mau lihat keesokan harinya, apakah merah-merah yang ada ditubuh saya semakin bertambah atau tidak yang bakal menandakan itu cacar atau bukan.

Keesokan harinya, sesaat setelah bangun tidur saya lantas mengecek tubuh saya dan hasilnya positif! Tanda kemerah-merahan itu semakin membentuk bintik kecil dan di bagian lain muncul kemerah-merahan yang lain. Saat itulah saya melihatkannya pada ibu dan ibu bilang “waah ya bener cacar itu”
Siangnya, gejala cacar semakin tampak. Badan saya lemas, suhu tubuh saya naik dan saya merasa pusing. Alhasil siang itu saya habiskan untuk tidur setelah berdiri sekitar 15 menit melihat pertunjukan jatilan di kampung saya. Pusing tidak terkira.

Saya tidak mengira akhirnya terkena cacar disaat-saat seperti ini. Saat dimana liburan akan berakhir dan KKN akan segera dimulai. Imun tubuh yang saya pikir kebal ternyata cukup lemah untuk dikalahkan virus cacar, asupan sayur di akhir bulan ramadhan yang tidak pernah tersentuh ditambah kelelahan mudik dan jalan-jalan saat halal bihalal berhasil menguatkan si virus dalam tubuh.


Jumlah bintik-bintik cacar waktu masih sakit terlihat banyak sekali. Rasanya sedih saat melihat badan banyak dihiasi bintikan yang berisi air yang gatalnya luar biasa, dan perihnya kalo berbaring tidur. Tapi ternyata jumlah cacar ini termasuk sedikit menurut teman saya. Setidaknya tidak banyak yang muncul di kaki, tangan dan wajah—hanya berkisar lima bintik yang muncul di masing-masingnya.

Cacar yang muncul di pergelangan tangan. Iseng Foto :p
Satu hal yang saya cemaskan saat terkena virus ini adalah KKN saya. Saya tidak bisa membayangkan saya KKN dengan membawa virus yang dapat menularkan pada oranglain. Banyak anak-anak kecil yang pasti belum pernah terkena cacar dan pasti rentan untuk terkena cacar, sedangkan banyak proker KKN yang mengharuskan berinteraksi dengan anak-anak. Saya cuma tidak mau jadi agen penyebab itu, hiks, kasian anak-anak kalo harus tertular juga.

Dokter menyarankan untuk seminggu kedepan—sedangkan tiga hari lagi harus mulai KKN—tetap dirumah saja, jangan kemana-mana untuk mempercepat proses penyembuhan tapi apa mau dikata, tanda-tanda izin KKN tidak ada. Dosen menyarankan untuk mandi menggunakan daun yang saya lupa namanya untuk mempercepat proses pengeringan cacar. Tiga hari yang seharusnya digunakan untuk mengistirahatkan tubuh hanyalah bayangan semata. Tiga hari itu saya gunakan untuk mempersiapkan perlengkapan KKN. Tubuh  saya paksa bergerak di bawah terik matahari di siang hari. Sisanya di sore hari sampai malam hanya bisa merasakan akibatnya. Tubuh kembali demam dan peningnya luar biasa. Waktu malam hari yang di wacanakan untuk packing pakaian menjadi terundur sampai satu malam sebelum menjelang hari keberangkatan, bahkan beberapa jam sebelum kumpul dikampus masih disiibukkan dengan packing-packing. Bahkan materi untuk proker individu tidak tersentuh untuk dikerjakan. Merasa kelabakan? Ya, pasti. Merasa tidak semangat KKN? Ya, sama sekali.

Tapi Alhamdulilah, Allah benar-benar baik. Sesampainya di tempat KKN semua keluhan yang biasa dirasa, seperti lemas hilang seketika. Saat bertemu kembali dengan teman-teman KKN rasa tidak enak badan hilang begitu saja. Malam hari yang biasa demam kambuh hilang entah kemana. Banyak aktivitas tapi seketika itu juga rasa semangat  datang. Ajaib. Satu kata itu yang bisa mewakilkannya.
Tidur malam tidak sepanjang tidur dirumah memang tapi badan tidak menolaknya, bangun tengah malam untuk menyiapkan materi proker, menjalankan proker keilmuan, keagamaan, seni dan olahraga, dan tematik setiap hari. Alhamdulilah semua berjalan lancar.
Walaupun tiga bintikan muncul di wajah yang artinya menggangu pemandangan :p tapi saya tidak terganggu. Bintikan itu kata teman terlihat seperti jerawat karena memang sudah agak kering. Yang saya syukuri sampai sekarang mengingat perjuangan saya di awal-awal cacar adalah sampai berakhirnya waktu KKN saya sama sekali tidak merasa lelah. Alhamdulilah sekali. Terimakasih ya Allah \(^ ^)/

Empat cacar yang muncul di wajah >,<”

You May Also Like

0 komentar