Bahasa Jawa Dalam Percakapan
Saya bukan orang yang pintar berbahasa jawa. Saya lagi belajar, memperlancar. Postingan berbau bahasa jawa ini saya ambil dari ucapan sehari-hari yang dilontarkan orang-orang disekitar saya. Ditambah sedikit sepengetahuan-saya tentang bahasa jawa.
Format postingan ini nantinya berupa percakapan orang-orang disekitar saya yang menggunakan bahasa jawa. Dibuat ke percakapan langsung karena bakal sering dijumpai, sehingga nantinya mudah diterapkan, siapa tau ada yang butuh dan nyasar di postingan ini. Nanti saya cantumkan arti dalam bahasa Indonesianya. Kalau sempat dengan sedikit penjelasan (kalau bisa).
Postingan dengan tema bahasa jawa ini dengan senang hati saya tulis karena saya bekerja di Purworejo, salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Yogyakarta. Pekerjaan saya mau tidak mau harus memaksa saya untuk bisa berbahasa jawa khususnya krama alus karena sehari-hari saya bertemu dengan banyak orang dan melayani banyak orang. Saya tulis supaya lebih mudah mengingatnya dan ya,,, sebenarnya karena cukup banyak yang search kalimat bahasa jawa di google ini.
Kemampuan bahasa jawa saya sampai hari ini mungkin sekitar 60%. Baik pengucapan maupun pemahaman artinya. Ada cerita yang membuat saya berpikir “Ya ampunn, ternyata aku nih kemampuan bahasa jawanya parah juga yaa” dan itu memalukan karena ada kejadian yang... ah, terlalu malu buat diceritakan disini :( sudahlah. Cerita lain tentang saya yang tak kunjung lancar berbahasa jawa ini pernah saya posting disini.
Kalau menurut pepak basa jawa, buku paduan bahasa jawa jaman sd/smp bahasa jawa itu terbagi 3. Ada bahasa jawa ngoko (kasar), krama alus, krama inggil. Bahasa jawa ngoko digunakan antar teman sebaya. Krama alus dan krama inggil digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Bedanya krama alus dan inggil adalah krama inggil tingkatannya lebih sopan. Sementara taunya cuma itu sih, hehe. Sedang kapan digunakan krama alus kapan krama inggil sayapun belum tau pasti.
Contoh :
Ngoko Krama Alus Krama Inggil
Omah (rumah) Griya Dalem
Jupuk (ambil) Pendhet Pundhut
Bapak Bapak Rama
Bojo (istri) Bojo Garwa
Dll
Intinya, buat bicara dengan orangtua pakai bahasa yang sopan, jangan pakai bahasa ngoko ke orang yang lebih tua, kecuali memang aslinya dekat. Kalau saya, kalau memang nggak lancar krama lebih aman menggunakan bahasa Indonesia ketimbang ngoko atau ya campur-campur antara krama dan bahasa indonesia, seperti yang saya terapkan hihih.
Oke, mari mulai percakapan yang saya temui:
Tanya (T) : daleme teng pundi mbak? // rumahnya dimana mbak?
(dalem=rumah; e=nya: teng=di; pundi=mana)
Jawab (J) : teng Demangan // di Demangan
(teng= di)
T : Lha saking pundi niki? // Nah dari mana ini?
(saking=dari; pundi=mana; niki=ini)
J : Niki saking Apotek // ini dari apotek
T : Demangane pundi? // Demangannya mana?
J : Kilen lampu merah (Kilen=kulon=barat) *kilen disini merupakan krama dari kulon yang berati barat
Percakapan diatas salah satu contoh percakapan krama. Kalau ada pertanyaan kenapa tanya rumahnya pakai “dalem” ketimbang “Griya” ? saya nggak bisa kasih jawaban hehe karena gatau >,< percapakan di atas saya dapat ketika mampir beli bakso sepulang kerja :)
“Dalem” disini selain bisa berati rumah juga bisa berati “apa” yang digunakan saat ada yang memanggil nama kita. Misal nih ada tetangga yang menyapa kita ketika berjumpa atau kita dipanggil orangtua.
Tetangga : Mbak Rani...
Saya : Dalem...
Rasanya kalo di jawab “apa...?” itu kayak nantangin. Nggak sopan.
Dulu waktu pertama kali pindah ke Purworejo dari Makassar ada yang pernah nyapa “Mbak Raniiii” trus saya jawab “apa?” dengan suara yang keras. Haha. Trus ibu bilang kalo disini dipanggil orang jawabnya “dalem, bukan apa” haha.
Tapi sampe sekarang masih nggak kebiasaan buat ucap kata “dalem” ketika dipanggil orang/bapak/ibu, saya memilih menjawab “yaa...” ketimbang “dalem” hehe. Yang penting “ya..” lebih sopan kan ya secara bahasa indonesia ketimbang “apa”? hehe
Bedakan ketika kita dipanggil teman sebaya
Teman : Ran....
Saya : Opo...? piye? (Opo=bahasa ngoko dari apa, piye=gimana?)
Nah waktu KKN di Imogiri saya dapat jawaban selain dalem ketika seseorang menyapa kita.
Tetangga : Mbak Ranii..
Saya : Kulo... (Saya...)
Kulo itu artinya saya. Jadi di Imogiri tempat saya KKN ketika kita menyapa/memanggil nama seseorang, sejauh yang saya perhatikan jawaban yang sering diberikan adalah “kulo” ketimbang “dalem”.
#bersambung
4 komentar
"Dalem" lebih tepatnya bukan "apa".. tp "kulo" dlm versi lainnya.. emg klo dikonversi ke bahasa indonesia kesannya artinya seperti "apa". Mungkin seiring berjalannya waktu ada pergantian makna yg awalnya berarti "iya saya" menjadi "apa". Bahkan byk anak2 muda jawa lainnya yg menganggap artinya "apa". Saya dulu mengira artinya juga "apa" berhubung tinggal di jogja 15 tahun baru tau makna sebenarnya.
ReplyDeleteWah thanks banget infonya. Jadi sekaligus menjawab kenapa di Imogiri menjawab "kulo" ... karena ternyata artinya sama dengan "dalem" yaa
DeleteBener bgt, setau aku dalem itu saya bkn apa,
DeleteIya bang..
ReplyDeleteKata "Dalem" itu bukan berarti "apa"
Lebih tepatnya Kata ( Dalem) itu berarti "AKU"