­

Jurnal Singkat PKPA Apotek

by - Friday, March 03, 2017

Day 0: i met you before, then my heart have been broken. Sedih...
Day 1: Orientasi. Memperhatikan peletakan obat dan buku penjualannya seperti apa. Di sana stok obat HV sangat manual, lebih banyak menyita waktu saat bekerja, dan harus orang-orang yang cekatan. Tapi sangat mempermudah dalam sistem order obat karna terlihat jelas obat yg hampir habis. Buku penjualan pun cukup banyak, yang mana harus selalu menulis sehabis melakukan penjualan. Dan cukup kaget melihat teknis di apoteknya, terutama tentang kartu stok. Dari sekian apotek yang pernah saya tempati buat kerja/pkl, sistem kerjanya awesome sekali. Nggak disediain tv di apotek tapi ada radio, dan itu cukup mengasikkan, sayangnya kalau sore lagu-lagu radio galau-galau parahhh. Di hari pertama juga nulis barang datang. Sisanya bantuin pelayanan. Pulangnya, dapet resep buat di skrinning. Tugas...
Day 2: Mencatat obat yg hampir habis, yang mau di order. Nulisnya bukan di buku defecta, tapi di selembaran kertas, tapi tetap dinamai buku defecta. Obat yang kira2 perlu diorder ditulis beserta jumlahnya, supaya ibu APAnya bisa melihat dan memutuskan apakah yang kami tulis memang benar-benar butuh untuk di order kembali. Selain itu di hari ini ditugasi buat nulis faktur yg datang,yang sudah ditulis di buku barang datang, di buku faktur, nantinya kalau faktur sudah di lunasi bakal dicatat tanggal pelunasan. Juga ditugasi buat mencari faktur yang sudah dilunasi, lalu di klip dijadikan satu sesuai PBF untuk kemudian diberi nomor, lalu tanggal pelunasan ditulis di buku faktur. Tugas lain yang diberikan adalah mencocokan stok fisik obat generik dengan kartu stok. Di setiap jumlah yang tersisa kami tuliskan 'Cek'.
Day 3: Kembali mendapatkan tugas untuk mencocokan stok fisik obat dengan kartu stoknya, tapi kali ini obat paten. Sisanya sepanjang shift lebih banyak membantu di penjualan HV, OTR, OWA, dan resep. Yaap pegang resep pertama kalinya untuk beneran diberi ke pasien setelah sekian lama vakum bekerja. Ada salahnya tapi untung dibantu ibu APA yang baik hati dan tidak memarahi. Di hari ini kembali mendapatkan resep untuk di skrinning sebagai tugas...
Day 4:
Day 5:
Day 6: ini kali keduanya masuk shift pagi. Seperti sebelumnya, kalo masuk shif pagi begitu sampai apotek bakal di kasih selembar kertas buat nulis obat yang habis atau sisa sedikit buat di order kembali. Di pagi ini juga di ajarin cara menghargai obat dalam (keras), yaitu dengan index 1,22 dan tuslah 300/stp. Selain itu juga diminta ibu APA buat mencari faktur lunas obat Tantum yang bakal ed di bulan Juni nanti. Penelusuran faktur lunas dimulai dengan mencari daftar Tantum di buku ed bagian 2017. Disana dicari dengan mengurutkan nama-nama obat buat mencarinya. Harus jeli. Setelah mengurutkan dari atas ke bawah dan bolak-balik akhirnya dapat juga daftar Tantum, disana tertera 13/6, yg artinya dibeli bulan 6 tahun 2013. Sayangnya pengertian itu salah. Setelah kami sibuk membuka-buka faktur lunas di bulan Juni maupun Juli 2013, buku faktur lunas/buku barang datang 2013, ternyata nomor dokumen faktur yg tertera dibuku ed tdk sesuai dengan dokumen yg sudah diobrak-abrik. Ternyata eh ternyata ketika buku ed di bolak balik lagi arti 13/6 adalah pembelian tanggal 13 juni di tahun 2016. Nah tahunnya ini, 2016, tidak ditulis sama penulis dahulu, jadi salah persepsilah kami semua. Tapi alhamdulilah akhirnya masalah terpecahkan setelah melihat halaman sebelumnya di buku ed. Sisanya, kami melakukan pelayanan seperti biasa, pelayanan HV, OWA, OTR.
Day 7: Ini pagi yang ketiga kalinya, seperti biasa kegiatan diawali dengan melakukan pencatatan obat habis di lembar defecta. Karena 2 kali saya sudah mengecek obat HV, pagi ini saya meminta tukeran ke teman buat ngecek yang obat keras. Satu persatu obat dalam (keras) saya lihat isinya, kalau obatnya tinggal 1 atau 2 strip saya tuliskan untuk di order. Tapi menulisnya itu juga mempertimbangkan cepat atau tidaknya obat keluar. Misal kalo stok obat masih satu box (10stp) lebih dikit tapi obatnya tergolong fast moving (dilihat dr catatan kartu stok) tetap saya catat di lembar defecta. Karna di apotek sana tergolong apotek yang menyediakan banyak stok obat. Masalah di order ibu APA atau egk, itu urusan belakang. Yang penting ibu APA tau stok yang menurut saya perlu di order kembali. Selain tugas seperti biasa, hari ini dapet tugas skrinning resep yang sulit dibaca, tapi untungnya waktu dikasih tugas sekalian dikasih tau tulisan diresepnya karna tugas skrinning hari ini lebih ke cari drp. Tugas ini kami (saya dan Vina) kerjakan setelah selesai menyetok. Tentunya setelah minta izin mas apoteker buat ngerjain tugas skrinning. Butuh waktu 1 jam lebih buat mengerjakannya karna selain nggak bawa literatur DIH dan ada laptop, juga kami nggak bisa mengira pasien sakit apa. Karena obat yg digunakan banyak dan berbeda indikasi. Jadi cukup kesusahan juga buat mengerjakan drp yang harus selesai pagi itu. Yang pasti, buat mengerjakan drp ini kami berpegang pada HP, karena selain bisa googling, juga ada aplikasi medscape dan mims. Sisanya melakukan pelayanan HV, OWA, dan OTR seperti biasanya
Day 8: Masuk pagi untuk kesekian kalinya di minggu ini, tugasnya seperti biasa, menulis defecta bagian obat dalam lagi. Hari ini juga untuk pertama kalinya nulis di buku ED. Waktu pertama kali lihat buku ED, sewaktu mau cari faktur obat yg akan di retur di hari ke 6, saya bergumam 'wow ternyata ada ya buku ED'. Selama ini saya kira cara cek obat ED dengan mengecek langsung satu persatu item obat, yg tampak kusam alias lawas. Tapi ternyata ada dokumennya, dan masih manual di apotek ini. Saya kira juga, item obat yg ditulis adalah obat yg diprediksi bakal jarang keluar, jadi semacam dipilih kira-kira obat apa aja yg bakal di catat. Tapi ternyata dugaan saya salah, di hari ini saya baru tau kalau semua obat pembelian di catat di buku ED, lengkap dengan nama pbf, nama obat, no urut faktur, tgl ED, dan tgl pembelian. Sekali lagi saya kagum sama apotek ini, pendokumentasiannya bagus. Memang terkesan memakan banyak waktu untuk menulis semua obat, terlebih obat yg fast moving yg sudah tentu tak bakal sampai ED (misal: tolak angin, antangin, hufa syrup dll), tapi dengan menulis tanggal ED lengkap dengan yg lain-lainnya sangat membantu untuk mencari faktur ketika akan diretur. Tanggal ED ditulis di buku ekspedisi yg kecil panjang, tahun terlama yg ditulis tadi sampai tahun 2022, jadi buku ed ini sangat berharga sampai 5 tahun ke depan, bahkan lebih. Pantas saja saat membuka buku ED di hari keenam saya terheran-heran, 'ini buku ditulis tahun kapan ya?' melihat tampilannya yg sudah lawas, bahkan kertas dalamnya sudah menguning, juga terdapat tulisan teman saya yg dulu bekerja di apotek itu namun saat ini sudah berhenti. Selain tugas pendokumentasian dan pelayanan, agenda hari ini tadi adalah diskusi dengan ibu APA. Materi diskusi yg pertama ini adalah perizinan apotek. Ibu APA banyak menjelaskan tentang langkah apa yg harus di lakukan saat ingin mendirikan apotek. Dari sekian banyak yg dijelaskan tadi, satu hal yg paling nyantol adalah saat ingin mendirikan apotek cari tau dahulu informasi ke IAI/dinkes setempat untuk mengetahui apakah bisa mendirikan apotek di lokasi yang idam2kan, juga sebisa mungkin dirikan apotek secara pribadi. Maksudnya adalah jadikan itu milik pribadi yang kita kelola sendiri, bukan kelompok dengan teman. Karena kalau berkelompok (bareng-bareng) selain lama balik modal, bisa untuk menghindari konflik di masa depan.
Day 9: akhirnya ketemu shift malem juga setelah beberapa kali shift pagi. Nggak banyak pekerjaan di shift kali ini kecuali pelayanan penjualan seperti biasa dan menulis dibuku pembelian. Oya tadi ada barang datang yg diorder di tanggal 9. Datengnya telat sehari, baru tadi. Sebenernya itu lumraaaah banget dalam dunia pengorderan. Mengingat, bisa saja yg order terlalu siang atau sore jadi nggak sempat di antar saat hari itu juga atau memang PBF nya lagi sempat kirim satu hari setelah. Kebetulan tadi obat yg datang obat dalam, yg artinya harus di stok ketika ada obat masuk. Tadi reflek aja nulis tanggal hari ini di kartu stok, tapi trus sadar klo tanggal di faktur adalah tgl kemaren, jadi tanggal yg sudah ditulis diganti. Diganti tanggal kemaren, tanggal pemesanan, dengan tujuan untuk memudahkan bila suatu hari mau mengecek faktur obat tersebut.
Day 10: Malem minggu ini ada resep masuk, obatnya orezinc syrup. Penyerahan resep diserahkan pada saya. Karena waktu kuliah udah sering banget dapet kasus diare jadi aturan pakai untuk zink sudah di luar kepala. Satu kali sehari pada malam hari sebelum tidur. Aturan pakai diresep pun tertulis benar, 1 dd 1 (nggak ada keterangan malam hari). Untuk waktu pemakaian memang sebenarnya jarang di sebutkan waktu penyerahan kecuali bila memang tertulis di resep. Tapi buat resep itu saya coba bilang ke pasien dengan waktu pemakaian malam hari sebelum tidur (mengingat saat kuliah). Setelah menanyakan alamat, no hp, dan keluhan akhirnya tiba saya menyebutkan 'obatnya satu kali sehari diminum sebelum tidur malam ya bu'
'tapi mbak tadi dokternya bilang di minum seperempat jam setelah minum obat mualnya, jadi yg bener yg mana mbak?'
'malem bu... Sebelum tidur'
'tapi mb dokternya bilang..., Ini obat apa mb?'
'iya bu ini buat memperbaiki usus krna diare'
'tapi mba dokternya bilang...'
'...hening...'
Mau jawab lebih dalem tapi susah rasanya menyusun kata2 sederhana yg mudah buat di tangkap pasiennya karena pasien biasa lebih percaya dokter dan takut malah ngebuat pasien kebingungan. Untungnya waktu itu dibantu mbak apoteker-to-be ( ´∀`). Ditanyain selain sirup ini obat lainny apa aja yg udah ditebus. Dilihatin lah sama pasien ternyata pasien mendapatkan domperidon 3 x 1. Dan pasien mulai mengerti dan berkata 'oya berati diminum yg malem aja ya mb, ini 3 x sehari ternyata (awalny pasien bilang obat mual 1 x sehari) dan akhirnya,,, terpecahkan ~~
Hufft..
Dari situ jadi sadar kalo three prime questions yang di ajarin waktu kuliah penting banget di tanyain ke pasien sebelum penyerahan obat guna mencegah hal-hal kayak tadi, informasi yg diberikan dokter tentang obat berbeda dengan informasi yg seharusnya dan membuat pasien bingung.

You May Also Like

0 komentar