instagram twitter
  • Home
  • Thoughts
  • Hobby
    • Books
    • Experience
    • Traveling
  • About
  • Contact
  • Creations

Rani Wijaya

“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.” ― Anaïs Nin

Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani.
Apa kabar? :) nama saya adalah rani
.
Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bahasa mandarin selama 5 pertemuan terakhir ini. Yap, ini belajar bahasa mandarin hihi. Belajar bahasa mandarin kali ini di sponsorin oleh fakultas tercinta. Gratis!! :)

Kursus seru ini bermula dari info di sebuah dinding informasi di kampus. Awal lihat tawaran kursus gratis bahasa mandarin ini waktu masih semester 4. Pertama lihat, langsung tertarik buat ikut. Tapi apa boleh buat, jadwal saat itu bentrok dengan jam kuliah  :( Terpaksa dengan hati yang terseret-seret *berat hati* tawaran itu dibiarkan berlalu. Tanpa menghubungi nomor yang tersedia.

Semester 4 berakhir, tiba waktunya krs untuk semester 5. Nah! Di sinilah keberpihakan muncul. Ternyata, saya mengambil mata kuliah yang ternyata dosennya membawa berita. Berita tentang ‘siapa yang mau ikut kursus bahasa mandarin? Gratis!!’

Well, ini yang pernah dilewatkan!! Ternyata tawaran itu masih berlaku. Iklan kursus bahasa mandarin khusus untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah dosen tersebut terjadi di akhir kuliah. Walaupun sebenarnya info sudah dipasang di papan pengumuman juga dan kami berniat untuk menghubungi nomor yang tersedia.
Tawaran disampaikan, selembar kertas pun akhirnya terisi oleh nama mahasiswa yang ingin belajar mandarin. Begitupun dengan nama saya, ADW.

Kelas pertama dimulai pada waktu hari kamis, 4 September 2014. Kelas ini sengaja dibuka untuk menemukan siswa berbakat (bahasa mandarin) yang nantinya akan direkomendasikan untuk melanjutkan S2 nya di Guangxi medical university.

Diajar kan langsung oleh native speaker kami yang kece,  berasal dari China, ma ligang. Seorang muslim yang memiliki nama islam issa yusufu.
Pertemuan perdana dengan issa lao shi membuat semua tertawa. Belajar vokal china ternyata susah-susah mudah. Membedakan bunyi ci xi si shi, yang ngebuat lidah kepuntir-puntir *jawa tulen*.

Kesan pertama ikut kelas ini adalah SERUU!! Berhasil nggak berhasil nanti buat nembus S2nya yang penting nambah pengetahuan bahasa itu ternyata seruu, mungkin karena selama ini berkutat dengan makul farmasi terus. Jadi bahasa mandarin ini semacam refresing buat otak :)

Sampai kelima pertemuan ini yang di adakan tiap senin dan jumat sudah membuat saya mengerti angka, hari, bulan, dll dalam bahasa mandarin.

Satu hal penting yang dulu menjadi pertanyaan saya akhirnya kejawab di kelas ini. Dulu sempet baca tulisan berita yang menginfokan pemerintah menghimbau untuk penyebutan orang China sebaiknya menjadi tiongkok. Why?  Saya juga nggak gitu tau. Karena memang tidak dijelaskan alasannya. Tapi barusan browsing, ternyata alasannya ini.

Nah waktu pertemuan keberapa gitu *lupa*, issa lao shi bilang kalau di china itu penduduk menyebut orang china dengan tiongkok. Tiongkok artinya orang China. Waktu tau artinya jadi manggut-manggut. Ohhh~

Lain lagi di pertemuan kelima kemarin, di pertemuan kelima itu kami di beri nama mandarinya oleh issa lao shi. And, my chinese name is an ge la.  An ge la ini bacanya bukan anjela. An ge la di china dibaca hampir sama seperti indonesia. Terutama ge. An ge la nama saya didapat dari Anggraeni. Anggra nya.
Di china tidak ada pengucapan ra, yang ada la. Jadi nama saya menjadi an ge la. Kalau rani dalam bahasa China menjadi la ni.

Waktu di beri nama mandarin satu-satu oleh issa lao shi, seisi kelas tertawa. LUCU. Apalagi waktu nama saya menjadi an ge la. Ketawanya nggak kalah keras, pun dengan saya~~~~ kkkk~~~



salam,
an ge la :D
Friday, September 26, 2014 No komentar
Bukan kabar gembira untuk kita semua ((nyanyiin ala ekstrak kulit manggis))

Dari jaman baheula Jogja dikenal dengan Kota Pelajar atau Kota Gudeg tapi akhir-akhir ini Jogja ((lagi)) dikenal dengan kasus menggemparkan.

Seseorang ditahan 2 hari karena kicauannya. Semua pasti tahu kicauan kasar dimedia sosial yang menghina kota Jogja.

Kicauannya membuat masyarakat penasaran siapa pemilik akun media sosial tersebut— yang digunakan untuk berkicau dan adalah mahasiswi salah satu perguruan ternama di jogja yang sedang menempuh pendidikannya.
Dari kasus itu benar-benar memberi pelajaran tersendiri. Walaupun, menurut pengakuannya, si mbak tidak membawa-bawa nama kampus tapi begitu masalah menjadi heboh nama kampus atau nama sekolah juga yang dipertanyakan.
"lulusan mana?" "orangtua siapa?" "orang mana?"
Ketiga jawaban dari pertanyaan itu memang tidak tahu apa-apa tapi yang jelas ketiga jawaban dari pertanyaan itu juga kena imbasnya.
Sadar atau enggak,
Seseorang selalu menyandang status itu. Membawa nama itu. Selalu mewakili sekolah, orangtua dan daerah.
That's why saat kelulusan dari suatu lembaga pendidikan guru/dosen selalu mengingatkan "jaga nama baik almamatermu nak!"
Karena,
Betapa semua akan tercoreng ketika yang mewakilinya merusaknya dengan ulahnya sendiri.
Semua kejadian ada hikmahnya.
Ya, dan termasuk kejadian di atas. kejadian itu mengingatkan untuk tidak sembarangan berkicau di medsos yang sekiranya menyakiti banyak pihak atau berkicau yang mempertanyakan diri sendiri.
Kicauan menggambarkan diri pengkicau, kan? 
Mungkin dari kasus tersebut tidak di limpahkan ke meja hijau lebih lanjut, tapi kasus tersebut pasti terkena hukuman sosial. Orang-orang akan mengingat siapa dia dan itu lebih menyakitkan.
Sebagian orang mengatakan "cuma masalah gini aja di besar2 kan?!" dan jawabannya adalah segini itu seberapa? tidak penting masalah itu segini atau segitu. Yang lebih penting adalah ketika membiarkan orang-orang mengumpat menyakiti banyak pihak.
Bila kebiasaan mengumpat didiamkan maka seiring waktu tidak menutup kemungkinan masyarakat menganggap mengumpat menjadi hal yg biasa. Akibatnya rasa toleransi akan semakin memudar dan mungkin saat itu manusia sudah bukan makhluk sosial lagi melainkan makhluk indivual.
Membayangkan rasanya ngeri. Membayang manusia akan saling acuh ketika setiap orang mengumpat.
Banyak orang yang marah akibat kicauan itu setidaknya membuktikan bahwa masyarakat masih menjunjung nilai ketoleransian —mempertanyakan ketoleransian seseorang.
Biarkan lah kejadian ini menjadi pelajaran buat semua pengguna media sosial. Bahwa kebebasan bukan berati menjelekan suatu pihak dan ingat bahwa dimana pun keberadaan seseorang selalu mewakili kampus, keluarga dan daerah.
*Noted to Self*


Monday, September 01, 2014 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me


Halooo! Aku Rani~ Blog ini hanya berisikan cerita sehari-hari, ambil yang baik-baiknya aja yaaa, karenaa... .

“We write to taste life twice, in the moment and in retropect.” Anais Nin

:)

Follow Me

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (29)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (8)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (4)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ▼  2014 (12)
    • ▼  September (2)
      • My Chinese Name
      • Siapa Mewakili Siapa
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  August (6)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  February (2)

Popular Posts

  • Bahasa Jawa Dalam Percakapan
    Saya bukan orang yang pintar berbahasa jawa. Saya lagi belajar, memperlancar. Postingan berbau bahasa jawa ini saya ambil dari ucapan seh...
  • Kulo Dereng Saget
    Dulu, beberapa kali bapak pernah bilang “sekarang kalo ngomong pake bahasa jawa. Masak orang jawa nggak bisa bahasa jawa. Masak tingga...
  • My Chinese Name
    Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani. Apa kabar? :) nama saya adalah rani . Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bah...
  • SINAU JOWO: BERBAUR DENGAN BAHASA JAWA
    Halo... Sudah lama aku pengen nulis tentang bahasa jawa yang sekarang lebih sering ku gunakan, mau tidak mau, suka tidak suka, karena terk...
  • Suspended Twitter
    Akun sosial media ter-suspend lagi itu rasanya AWWW banget. Setelah sebelumnya instagram yang baru beberapa hari dibikin ter-suspend, s...
Powered by Blogger.

Created with by ThemeXpose