Cetak Foto Yuk!
Kamera? Di jaman
sekarang ini keberadaan kamera sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kemana pun
kita berada pasti selalu ada kamera. Nggak percaya? Coba tengok ponsel kita.
Aplikasi kamera pasti ada.
Narsis ataupun
tidak narsis, hari gini, kamera sudah bukan hal yang di anggap mewah lagi. Well,
beda sih kalau kita bicara kualitas kamera –bukan ini yang mau dibicarakan. Karena
berbagai produsen ponsel kini tengah gentar berusaha memuaskan keinginan
konsumen salah satunya dengan adanya kamera, dari ponsel menengah ke bawah
sampai yang ke tingkat “dewa”.
Adanya kamera
memungkinkan kita mengambil setiap moment yang terjadi di sekitar kita, sigap
setiap saat. Jepret sana sini sampai tidak terasa memory di ponsel atau camdig
kita habis. Biasanya nih ya kalau memory udah habis dan apesnya terjadi saat
masih banyak moment yang ingin difoto alias naluri kenarsisan belum mereda maka
dengan buru-buru kita menghapus simpanan foto di galeri. Dilihat satu persatu
sampai akhirnya, moment yang dulu belum sempat dicetak terhapus. Sayangkan.
Ah ini jelek, hapus!
Ini juga, hapus!
Ini apalagi, Cuma pemandangan, hapus!
Ah pose kayak gini besok bisa foto lagi,
hapus!
Atau saat memory
ponsel penuh, kita pindahkan semua foto ke laptop kita. Dan kita biarkan foto
itu berjamur di laptop. Iyakan? Begitu seterusnya kita lakukan sampai memory di
laptop pun ikutan penuh. Nah lo...
Sebenernya
sayang banget foto yang sempat diambil belum diabadikan. Esensi foto jadi
berkurang rasanya karena selama ini sering foto-foto dan hasilnya cuma bakal diupload
di media social. Atau mungkin malah nggak diupload? Nah kan...
Kalau orang
jaman dulu begitu foto-foto dan rol film yang digunakan sudah habis maka dengan
segera akan mencetak itu foto untuk dilihat hasilnya. Karena memang itu satu-satunya
cara. Hasil cetak foto tersebut selanjutnya disimpan di album, disimpan
bertahun-tahun ke depan bahkan berpuluh-puluh tahun. At least buat kenangan
saat kita sudah punya cucu.
Adanya laptop
bukan berati nggak bisa disimpan bertahun-tahun tapi ya itu esensinya berkurang
lagi. Mungkin, karena begitu kita foto dan hasilnya dapat langsung dilihat
akhirnya membuat keinginan kita buat mencetak foto jadi berkurang. Atau mungkin
karena kita terlalu sering berfoto jadi buat apa dicetak?
Cetak foto bukan berati lantas mencetak semua
pose selfie kita, mencetak foto lebih kepemilihan foto kebersamaan seperti saat
piknik, atau yang lain. Ada sih yang tetap cetak foto tapi kebanyakan itu yang
foto di studio atau yang pakai jasa fotografer. Sebut saja pas foto, foto
wisuda, foto pernikahan. Kalau foto piknik atau foto yang berbau kebersamaan lebih
jarang, karena kebanyakan cuma diupload di facebook. Atau tersimpan rapi dalam
sebuah folder.
Dari pemikiran
itu saat melihat kumpulan foto di laptop terlebih saat mudik lebaran kemarin
menemukan album foto jaman sd, akhirnya sebuah eksekusi muncul “Aku mau cetak
foto!!”
Lihat foto-foto lama yang bisa dibawa
kemana-mana tanpa beban berat (nyindir foto yang di laptop :p) itu ternyata
mengasyikan! Setiap foto yang dilihat menumbuhkan kembali ingatan yang bahkan
sudah terjadi puluhan tahun silam. Seperti terjun kemasa lalu, tiap lihat foto
pasti bilang “ah! Ini waktu ini, waktu itu, waktu..”
“bagaimana aku akan menunjukan kenangan mudaku pada anak atau cucuku kelak? Masa kecilku banyak berjejer foto-foto tapi saat aku beranjak dewasa? #cieleh masa cuma ada di laptop ajaaa?! ”
Nggggg
Emmmm
Hmmmm
akhirnya.....................
TARRA!!!
![]() |
Foto yang tercetak sudah disimpan di album :) |
Nggak ada salahnya kan kita menyimpan kenangan
kita dalam sebuah album foto real, yang tercetak. Yakin lah, selain tulisan,
keberadaan foto selalu menyimpan kenangan tersendiri^^
0 komentar