instagram twitter
  • Home
  • Thoughts
  • Hobby
    • Books
    • Experience
    • Traveling
  • About
  • Contact
  • Creations

Rani Wijaya

“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.” ― Anaïs Nin



Hanya beberapa menit lagi jarum jam bakal menunjukan waktu pukul 22.00. Kalau saja tadi nurutin maunya badan pasti udah tidur dari tadi. Karena sedari pukul 20.00 sebenernya udah ngerasa ngantuk. Lelah. Pengen rebahan dikasur, tidur. Tapi berhubung belum makan malam dan lagi di masakin lauk sama ibu jadi rebahannya ditunda dulu. 

Biasanya, kalau udah ngantuk gitu saya bakal ngikutin maunya badan. Rebahan dikasur sampai akhirnya ketiduran. Nggak peduli walaupun lapar. Pikir saya pasti ibu ngerti kalau anaknya kecapekan dari jogja. Jadi biasa nanti setelah satu jam tidur bakal dibangunin, disuruh makan dulu. Kalau berjalan seperti gitu yang ada kadang malah nggak bangun-bangun saking udah nyamannya tidur atau bangun tapi rasanya nggak nafsu makan.

Tapi kali ini enggak. Kali ini karena udah sebulan nggak pulang ke rumah, dan bakalan dua bulan kemudian juga nggak pulang rumah jadi saya putuskan buat menunda waktu rebahan walaupun sebenernya udah ngantuk berat. Ngerasa nggak enak aja pulang kerumah cuma buat tidur cepet, padahal di rumah cuma dua malam. Jadi akhirnya saya putuskan buat ‘memaksa’ badan saya ini untuk tetap keliatan nggak lelah. Bisalah saya ajak kompromi buat tetap melek lebih lama hihi.

Niat awal saya adalah makan, cuci-cuci lalu lanjut tidur. Eh tapi ternyata setelah makan saat menunggu adik keluar kamar mandi bapak masuk ke rumah (dari luar) dan ikut duduk dilincak. Dan inilah awal obrolan ringan yang membuat saya kembali menunda waktu istirahat. Bapak banyak bertanya tentang gimana besok di Semarang dan lain-lain yang menyangkut dunia kefarmasian. Ada kala bapak bertanya, dan ada kalanya info-info berbau farmasi kuberitau ke bapak, entah itu peraturan perundang-undangannya, kuliah sambil kerja, bpjs, dan lainnya. Itung-itung bahan obrolan sama bapak, ngikutin apa yang biasa mbak lakuin hihi.

Mau langsung ditinggal ke kamar mandi buat cuci-cuci kan juga gak enak, karena jarang ada kesempatan buat ngobrol sama bapak. Biasa kalo ngobrol sama bapak itu di jam malam. Saat bapak ada diruang tamu buat nonton tv dan saat ibu udah masuk kamar buat istirahat. Kalau ngobrol di jam malam dan diruang tamu itu bakal ada suara komplain dari dalam kamar ‘udah malem, ibu nggak bisa tidur kalau pada ngobrol keras-keras’. Jadinya obrolan di jam malam itu langsung berhenti, secara ibu bakalan keganggu dengan suara keras bapak dan anak yang lagi ngobrol.

Nah makanya obrolan di dapur malam ini jadi kesempatan berharga :D sekali lagi karena udah sebulan nggak balik dan bakalan balik dua bulan kemudian. Ada mungkin setengah jam ngobrolnya sama bapak sampek akhirnya bapak memutuskan buat pindah keruang tamu buat nonton tv dan saya bisa ke kamar mandi! Yeay :D bisa lanjut masuk kamar, istirahat...

Pengen sih begitu masuk kamar langsung istirahat, tapi yang ada adalah saya malah menulis blog ini :D itung-itung buat nambahin postingan di blog. Rasanya lama sekali udah nggak nulis hal yang berbau seperti ini. Sayang rasanya melewatkan cerita ringan seperti hari ini. Juga sebenernya masih ada cerita hari ini yang belum ditulis tapi kalau semua dituruti yang ada rebahannya di tunda-tunda terus, padahal besok sudah ada agenda lain ((agenda)) haha.

Jadi sekianlah cerita ringan hari ini, mari istirahat... mari bermalam minggu yang saya baru sadar kalau ini malam minggu (trus kenapa?) :p
Saturday, March 25, 2017 No komentar
Day 11: Hari ini ada yang mau beli obat X yang saya tau jenisnya, begitu pasien mengatakan mau membeli obat tersebut saya reflek ke belakang mau mengambilkannya karena setau saya obat itu bisa di beli bebas. Tapi saat mau masuk ke belakangan di halangi sama mas apoteker. Mas apoteker bilang harus pake resep. Jadilah saya kembali ke pasien dan bilang harus pake resep. Sekembalinya pasien, mas apoteker pun menjelaskan kalau obat tersebut sering di salah gunakan jadi kalau disini harus pake resep. Saya mengangguk-angguk, jadi itu obat yg dimaksud selama ini.

Day 12: Hari ini ada tugas baru di shift pagi. Tentang pengadaan. Hari ini kami diminta untuk memilih PBF mana untuk obat yg mana. Karena nggal semua PBF membawa semua obat, ada beberapa obat yg di bawa oleh PBF tertentu dan tidak di bawa PBF yang lain. Cara untuk memilah obat - obat yang akan di order adalah dengan melihat buku pembelian. Kami harus mencari daftar obat yang mau kita order, diurutin satu-satu. Kalau sudah ketemu kita tulis nama obat di bawah nama PBF yang membawanya. Dari sekian banyak obat yang mau di order ternyata jatuhnya jadi sedikit tiap PBF, karena memang pilihan PBFnya banyak sekali. Tugas kami hari ini cuma memilah obat apa di PBF, tapi nanti yg mengeksekusi apakah tetap di PBF Apilihan kami atau PBF lain tetap apotekernya.

Day 13: Hari ini latihan melakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) sama pasien langganan. Untungnya beberapa hari yg lalu sudah mengskrinning resep pasien yang akan di pantau jadi tadi sewaktu pasien datang kami bisa menanyai beberapa informasi obat dan pengobatan dengan harapan di hari kedepan bakal memberi informasi ke pasien. Pasien yg dilakukan pemantauan adalah pasien HTN, yang mengalami oedem jantung. Dari banyak informasi yang kami dapatkan ada satu yang jadi tanda tanya di benak saya, yaitu pasien tidak kuat berjalan jauh tapi kuat bila bersepeda jauh, hmm. Dan itu menjadi tugas tambahan untuk di cari mengapa bisa seperti itu dan untuk dikonselingkan.

14:

15:

16: Hari ini pertama kalinya masuk di hari minggu malem. Sendiri, karna memang jadwal sudah di atur kalau tiap minggu sore ada yang satu masuk. Dan yang masuk dihari minggu itu libur di hari sabtu. Nah minggu ini giliran saya masuk. Harusnya malem tadi saya jaga sendiri tapi ternyata ada yang bersedia double shift dari pagi. Jadi ada temennya. Kegiatan di hari minggu ini cuma penjualan obat hv, otw, dan owa seperti biasanya. Gak ada barang datang dan gak ada pencatatan di buku pembelian karena memang pbf2 libur di tanggal merah. Jadi, ya sepanjang shift kami (karyawan dan yang pkpa) hanya melayani penjualan saja. Jadi pengetahuan baru yg di dpt malem ini seputar jenis-jenis pembeli dalam menyebutkan istilah obat. Salah satunya adalah 'obat yang bikin orang bangun'. Waktu di ceritain ini sama mas apoteker gak lain ekspresi kita adalah ngakak. Karena baru denger istilah ini. Lol. Bener-bener lucu. Bikin awet muda emang kalau dipelayanan gini, karna jenis pembeli yang berbeda-beda.

17: Hari ini kegiatannya penjualan obat seperti biasa dan juga menulis di buku pembelian.

18: Hari ini dikasih tugas kayak di hari ke 12, memilih pbf untuk mengorder suatu obat. Daftar obat yang akan di order adalah obat dalam jadi kami agak kesusahan untuk menemukan pbf mana yang akan dipilih, karena obat dalam yang kosong jarang di order atau gak, begitu order dalam jumlah banyak jadi gak banyak catatan dibuku pembelian tentang obat yang kami cari. Karena sulit, akhirnya saya putuskan buat lihat buku ISO saja :D, cukup cari obat di indeks, lalu lihat pabrik yang memproduksi, lalu melihat distributor (PBF) mana yang membawanya. Keuntungannya pake iso adalah mudah di cari dan cepat, tapi kekurangannya adalah pbf yang tersedia dan kami pilih bisa saja berbeda dengan yang biasa APA pilih. Hihi.

19: Hari ini ada kerjaan baru selain defecta dan penjualan. Yeay. Hari ini dikasih tugas buat mengarsip resep bulan maret. Sebelumnya resep yang belum disalin dibuku resep di salin terlebih dahulu, setelah itu baru di pilah mana resep yang ada psikotropiknya. Nanti masing2 di jadiin satu trus dibendel, dikasih keterangan tulisan resep umum/ resep psikotropik bulan maret 2017. Selain mengarsip resep itu, hari ini juga banyak menghitung harga obat. Daaan melayani sales yang datang buat cek stok obat. Heuheu. Entah hari ini rasanya seperti kerja di apotek, bukan pkpa di apotek. Tiba-tiba kangeen apotek tempat kali kerja selepas sma u,u

Day 20: Hari ini kedapetan resep palsu.
Day 21: tentang arsip faktur lunas
Day 22: tentang sp prekursor dan perbedaan harga antar pbf
Day 23: diskusi pajak
Day 24: latihan soal pajak
Day 25: pamitan seru

Monday, March 20, 2017 No komentar
Day 0: i met you before, then my heart have been broken. Sedih...
Day 1: Orientasi. Memperhatikan peletakan obat dan buku penjualannya seperti apa. Di sana stok obat HV sangat manual, lebih banyak menyita waktu saat bekerja, dan harus orang-orang yang cekatan. Tapi sangat mempermudah dalam sistem order obat karna terlihat jelas obat yg hampir habis. Buku penjualan pun cukup banyak, yang mana harus selalu menulis sehabis melakukan penjualan. Dan cukup kaget melihat teknis di apoteknya, terutama tentang kartu stok. Dari sekian apotek yang pernah saya tempati buat kerja/pkl, sistem kerjanya awesome sekali. Nggak disediain tv di apotek tapi ada radio, dan itu cukup mengasikkan, sayangnya kalau sore lagu-lagu radio galau-galau parahhh. Di hari pertama juga nulis barang datang. Sisanya bantuin pelayanan. Pulangnya, dapet resep buat di skrinning. Tugas...
Day 2: Mencatat obat yg hampir habis, yang mau di order. Nulisnya bukan di buku defecta, tapi di selembaran kertas, tapi tetap dinamai buku defecta. Obat yang kira2 perlu diorder ditulis beserta jumlahnya, supaya ibu APAnya bisa melihat dan memutuskan apakah yang kami tulis memang benar-benar butuh untuk di order kembali. Selain itu di hari ini ditugasi buat nulis faktur yg datang,yang sudah ditulis di buku barang datang, di buku faktur, nantinya kalau faktur sudah di lunasi bakal dicatat tanggal pelunasan. Juga ditugasi buat mencari faktur yang sudah dilunasi, lalu di klip dijadikan satu sesuai PBF untuk kemudian diberi nomor, lalu tanggal pelunasan ditulis di buku faktur. Tugas lain yang diberikan adalah mencocokan stok fisik obat generik dengan kartu stok. Di setiap jumlah yang tersisa kami tuliskan 'Cek'.
Day 3: Kembali mendapatkan tugas untuk mencocokan stok fisik obat dengan kartu stoknya, tapi kali ini obat paten. Sisanya sepanjang shift lebih banyak membantu di penjualan HV, OTR, OWA, dan resep. Yaap pegang resep pertama kalinya untuk beneran diberi ke pasien setelah sekian lama vakum bekerja. Ada salahnya tapi untung dibantu ibu APA yang baik hati dan tidak memarahi. Di hari ini kembali mendapatkan resep untuk di skrinning sebagai tugas...
Day 4:
Day 5:
Day 6: ini kali keduanya masuk shift pagi. Seperti sebelumnya, kalo masuk shif pagi begitu sampai apotek bakal di kasih selembar kertas buat nulis obat yang habis atau sisa sedikit buat di order kembali. Di pagi ini juga di ajarin cara menghargai obat dalam (keras), yaitu dengan index 1,22 dan tuslah 300/stp. Selain itu juga diminta ibu APA buat mencari faktur lunas obat Tantum yang bakal ed di bulan Juni nanti. Penelusuran faktur lunas dimulai dengan mencari daftar Tantum di buku ed bagian 2017. Disana dicari dengan mengurutkan nama-nama obat buat mencarinya. Harus jeli. Setelah mengurutkan dari atas ke bawah dan bolak-balik akhirnya dapat juga daftar Tantum, disana tertera 13/6, yg artinya dibeli bulan 6 tahun 2013. Sayangnya pengertian itu salah. Setelah kami sibuk membuka-buka faktur lunas di bulan Juni maupun Juli 2013, buku faktur lunas/buku barang datang 2013, ternyata nomor dokumen faktur yg tertera dibuku ed tdk sesuai dengan dokumen yg sudah diobrak-abrik. Ternyata eh ternyata ketika buku ed di bolak balik lagi arti 13/6 adalah pembelian tanggal 13 juni di tahun 2016. Nah tahunnya ini, 2016, tidak ditulis sama penulis dahulu, jadi salah persepsilah kami semua. Tapi alhamdulilah akhirnya masalah terpecahkan setelah melihat halaman sebelumnya di buku ed. Sisanya, kami melakukan pelayanan seperti biasa, pelayanan HV, OWA, OTR.
Day 7: Ini pagi yang ketiga kalinya, seperti biasa kegiatan diawali dengan melakukan pencatatan obat habis di lembar defecta. Karena 2 kali saya sudah mengecek obat HV, pagi ini saya meminta tukeran ke teman buat ngecek yang obat keras. Satu persatu obat dalam (keras) saya lihat isinya, kalau obatnya tinggal 1 atau 2 strip saya tuliskan untuk di order. Tapi menulisnya itu juga mempertimbangkan cepat atau tidaknya obat keluar. Misal kalo stok obat masih satu box (10stp) lebih dikit tapi obatnya tergolong fast moving (dilihat dr catatan kartu stok) tetap saya catat di lembar defecta. Karna di apotek sana tergolong apotek yang menyediakan banyak stok obat. Masalah di order ibu APA atau egk, itu urusan belakang. Yang penting ibu APA tau stok yang menurut saya perlu di order kembali. Selain tugas seperti biasa, hari ini dapet tugas skrinning resep yang sulit dibaca, tapi untungnya waktu dikasih tugas sekalian dikasih tau tulisan diresepnya karna tugas skrinning hari ini lebih ke cari drp. Tugas ini kami (saya dan Vina) kerjakan setelah selesai menyetok. Tentunya setelah minta izin mas apoteker buat ngerjain tugas skrinning. Butuh waktu 1 jam lebih buat mengerjakannya karna selain nggak bawa literatur DIH dan ada laptop, juga kami nggak bisa mengira pasien sakit apa. Karena obat yg digunakan banyak dan berbeda indikasi. Jadi cukup kesusahan juga buat mengerjakan drp yang harus selesai pagi itu. Yang pasti, buat mengerjakan drp ini kami berpegang pada HP, karena selain bisa googling, juga ada aplikasi medscape dan mims. Sisanya melakukan pelayanan HV, OWA, dan OTR seperti biasanya
Day 8: Masuk pagi untuk kesekian kalinya di minggu ini, tugasnya seperti biasa, menulis defecta bagian obat dalam lagi. Hari ini juga untuk pertama kalinya nulis di buku ED. Waktu pertama kali lihat buku ED, sewaktu mau cari faktur obat yg akan di retur di hari ke 6, saya bergumam 'wow ternyata ada ya buku ED'. Selama ini saya kira cara cek obat ED dengan mengecek langsung satu persatu item obat, yg tampak kusam alias lawas. Tapi ternyata ada dokumennya, dan masih manual di apotek ini. Saya kira juga, item obat yg ditulis adalah obat yg diprediksi bakal jarang keluar, jadi semacam dipilih kira-kira obat apa aja yg bakal di catat. Tapi ternyata dugaan saya salah, di hari ini saya baru tau kalau semua obat pembelian di catat di buku ED, lengkap dengan nama pbf, nama obat, no urut faktur, tgl ED, dan tgl pembelian. Sekali lagi saya kagum sama apotek ini, pendokumentasiannya bagus. Memang terkesan memakan banyak waktu untuk menulis semua obat, terlebih obat yg fast moving yg sudah tentu tak bakal sampai ED (misal: tolak angin, antangin, hufa syrup dll), tapi dengan menulis tanggal ED lengkap dengan yg lain-lainnya sangat membantu untuk mencari faktur ketika akan diretur. Tanggal ED ditulis di buku ekspedisi yg kecil panjang, tahun terlama yg ditulis tadi sampai tahun 2022, jadi buku ed ini sangat berharga sampai 5 tahun ke depan, bahkan lebih. Pantas saja saat membuka buku ED di hari keenam saya terheran-heran, 'ini buku ditulis tahun kapan ya?' melihat tampilannya yg sudah lawas, bahkan kertas dalamnya sudah menguning, juga terdapat tulisan teman saya yg dulu bekerja di apotek itu namun saat ini sudah berhenti. Selain tugas pendokumentasian dan pelayanan, agenda hari ini tadi adalah diskusi dengan ibu APA. Materi diskusi yg pertama ini adalah perizinan apotek. Ibu APA banyak menjelaskan tentang langkah apa yg harus di lakukan saat ingin mendirikan apotek. Dari sekian banyak yg dijelaskan tadi, satu hal yg paling nyantol adalah saat ingin mendirikan apotek cari tau dahulu informasi ke IAI/dinkes setempat untuk mengetahui apakah bisa mendirikan apotek di lokasi yang idam2kan, juga sebisa mungkin dirikan apotek secara pribadi. Maksudnya adalah jadikan itu milik pribadi yang kita kelola sendiri, bukan kelompok dengan teman. Karena kalau berkelompok (bareng-bareng) selain lama balik modal, bisa untuk menghindari konflik di masa depan.
Day 9: akhirnya ketemu shift malem juga setelah beberapa kali shift pagi. Nggak banyak pekerjaan di shift kali ini kecuali pelayanan penjualan seperti biasa dan menulis dibuku pembelian. Oya tadi ada barang datang yg diorder di tanggal 9. Datengnya telat sehari, baru tadi. Sebenernya itu lumraaaah banget dalam dunia pengorderan. Mengingat, bisa saja yg order terlalu siang atau sore jadi nggak sempat di antar saat hari itu juga atau memang PBF nya lagi sempat kirim satu hari setelah. Kebetulan tadi obat yg datang obat dalam, yg artinya harus di stok ketika ada obat masuk. Tadi reflek aja nulis tanggal hari ini di kartu stok, tapi trus sadar klo tanggal di faktur adalah tgl kemaren, jadi tanggal yg sudah ditulis diganti. Diganti tanggal kemaren, tanggal pemesanan, dengan tujuan untuk memudahkan bila suatu hari mau mengecek faktur obat tersebut.
Day 10: Malem minggu ini ada resep masuk, obatnya orezinc syrup. Penyerahan resep diserahkan pada saya. Karena waktu kuliah udah sering banget dapet kasus diare jadi aturan pakai untuk zink sudah di luar kepala. Satu kali sehari pada malam hari sebelum tidur. Aturan pakai diresep pun tertulis benar, 1 dd 1 (nggak ada keterangan malam hari). Untuk waktu pemakaian memang sebenarnya jarang di sebutkan waktu penyerahan kecuali bila memang tertulis di resep. Tapi buat resep itu saya coba bilang ke pasien dengan waktu pemakaian malam hari sebelum tidur (mengingat saat kuliah). Setelah menanyakan alamat, no hp, dan keluhan akhirnya tiba saya menyebutkan 'obatnya satu kali sehari diminum sebelum tidur malam ya bu'
'tapi mbak tadi dokternya bilang di minum seperempat jam setelah minum obat mualnya, jadi yg bener yg mana mbak?'
'malem bu... Sebelum tidur'
'tapi mb dokternya bilang..., Ini obat apa mb?'
'iya bu ini buat memperbaiki usus krna diare'
'tapi mba dokternya bilang...'
'...hening...'
Mau jawab lebih dalem tapi susah rasanya menyusun kata2 sederhana yg mudah buat di tangkap pasiennya karena pasien biasa lebih percaya dokter dan takut malah ngebuat pasien kebingungan. Untungnya waktu itu dibantu mbak apoteker-to-be ( ´∀`). Ditanyain selain sirup ini obat lainny apa aja yg udah ditebus. Dilihatin lah sama pasien ternyata pasien mendapatkan domperidon 3 x 1. Dan pasien mulai mengerti dan berkata 'oya berati diminum yg malem aja ya mb, ini 3 x sehari ternyata (awalny pasien bilang obat mual 1 x sehari) dan akhirnya,,, terpecahkan ~~
Hufft..
Dari situ jadi sadar kalo three prime questions yang di ajarin waktu kuliah penting banget di tanyain ke pasien sebelum penyerahan obat guna mencegah hal-hal kayak tadi, informasi yg diberikan dokter tentang obat berbeda dengan informasi yg seharusnya dan membuat pasien bingung.
Friday, March 03, 2017 No komentar

Jerawat.

Sekarang aku tau persis gimana rasa nya jadi orang berjerawat. Gimana rasanya ketika masih cukup pede keluar rumah dengan wajah berjerawat tapi mendadak down ketika orang-orang yang di luar rumah memandang ke arah wajah dengan tatapan yang... yah begitulah T.T

Oh my!
Seketika itu juga jadi mikir buat gak keluar rumah untuk menghindari komen orang-orang tentang jerawat. Disaat lagi optimis berusaha buat ngilangin jerawat dan yakin bisa ilang tapi juga tetap down waktu ada orang yang berkomentar tentang jerawat. Hiks...

Well, kayaknya ini jerawat yang paling mengganggu buat aku. Mengganggu bukan karna jerawatnya, tapi mengganggu karena komen-komen orang diluar sana.

Sekarang aku ngerti masalah orang yang berjerawat. Masalah bukan ada di jerawatnya tapi masalah adalah kita harus punya mental yang cukup ketika orang ngomong 'heh kamu kok jerawatan sih sekarang?' 'itu jerawatnya bisa hilang gak besok?' 'itu wajah bisa kembali kayak dulu gak?' 'mbak jerawatan deh'

Ohhh wahai orang-orang yg bertanya seperti itu, ketahuilah bahwa salah satu sebab jerawat itu muncul karena stress dan pertanyaan-pertanyaan di atas sangat cukup membuat stress sehingga menambah dan menghambat jerawat hilang T_T.

Jerawatku bukan jerawat yang langsung muncul sekaligus di wajah, tapi jerawat yang hilang satu muncullah penggantinya (sedih!) dan itu meninggalkan jejak. Jadi kesannya jerawat nya banyak padahal  juga ga sampe 10.

Sebenernya kalo diinget-inget dulu juga sempet berjerawat seperti ini bahkan lebih parah karna kumpulan jerawat di pipi seperti luka. Dua komen yang paling diinget waktu itu adalah dari bapak sendiri 'itu pipinya kenapa ran?' dan temen cowok 'ehh kamu sekarang jerawatan, lagi pms ?'

Buat aku, ketika ada cowok yang komen tentang jerawat berati jerawatnya udah paraaah. Karna mengganggu pemandangan kan :(

Tapi Alhamdulilahnya, jerawat dan bekasnya kala itu bisa hilang dengan perawatan sendiri. Tanpa ke skin care.

Sekarang, kurang lebih 3 tahun berselang jerawat mulai bermunculan lagi, hiks, dan meninggalkan bekas yang bener-bener menganggu. Komen orangpun lebih sering berdatangan di jerawat kali ini,

Ibu 'itu yang ada di muka bisa hilang gak besok?'— bisa, (padahal itu juga yg jadi pertanyaan gue)

Temen 'kamu tu kenapa e kok sekarang jerawatan' —huhu gatau nih

Temen 'iya padahal dulu bersih' —iyaya?

Anak kecil, cowok 'tapi mbak banyak jerawatnya, tuuu'— iyanihhh (dlm hati, ya tuhannn, anak kecilpun ikut ngomen T.T)

Mana bapak tadi pagi tiba-tiba ngedeketin radio waktu penyiarnya kasih tips buat ngilangin jerawat (firasat udah gak enak :(  )

Taunya siang ibu bilang, 'itu di dapur ada jeruk nipis' yang cukup membuat kening berkerut, sembari berguman 'kayak tips yang dikasih tau diradio tadi pagi, yg bapak dengerin'.

"Buat apa?" Adalah pertanyaan yang sebenernya udah bisa ditebak.

"Ga usah deng, ga usah ganti-ganti" kata ibu, yang kalo boleh diartiin adalah 'buat ngilangin jerawat, buat campuran masker madu yang rutin dipake'

Yaa, jadi selama ini, mulai dari pertengahan januari rutin pakai masker madu tiap malam. Kata adek kos, dulu dia jerawatan juga, bahkan lebih parah. Tapi pakai masker madu rutin katanya jerawatnya bisa hilang. Dan memang kalo dilihat sendiri wajah dia bersih gak ada bekas jerawat. Awalnya aku kira dia perawatan di skin care karna memang bagus mukanya tapi waktu aku tanya dia jawab enggak. Dia bilang 'ya ini karna aku rutin pake masker madu mbak'.

Jadi, mumpung liburan dan di rumah ada madu, akhirnya ku putuskan buat ikutin kata adek kos itu. Lumayan kalo memang bener-bener bisa ngilangin jerawat. Buat meyakinkan kalau masker madu bener-bener ampuh buat ngilangin jerawat gak lupa aku cari pengalaman2 orang di blog2 pribadi yang bertebaran diinternet.

Hasilnya, memang banyak yang mengatakan masker madu ampuh buat jerawat.

Jadi, akupun rutin maskeran madu tiap malam. Bapak ibupun tau kegiatan rutin itu, makanya gak heran waktu radio kasih tips ngilangin jerawat bapak ikutan dengerin dan mungkin berinisiatif buat nyariin jeruk nipis.

Huaa, antar seneng dan sedih. Seneng karna bapak ibu perhatian tapi jujur lebih ke sedihnya T.T karena itu berati bekas jerawat dimuka ini masih mengganggu bagi bapak ibu... Hiks..

Semua butuh proses, sabar ya pak bu T.T rani yakin bekas dan jerawatnya ini bakal ilang. Sekarang aja bekasnya udah lumayan memudar. Udah kelihatan progressnya. Gak sampe 2 bulan rani optimis wajahnya bisa kembali seperti semula :')

Semangaaaat bua akuu~ dan juga kalian-kalian yang lagi melawan jerawat.

Mari Optimis..

Karna kunci menghilangkan jerawat itu:
1. Cukup kuatkan mental ketika orang memandang dengan tatapan yang yaa you-know-lah
2. Cari perawatan yg cocok buat ngatasin jerawat. Tiap orang bisa jadi memang berbeda, dan yakini itu akan berhasil.
3. Jangan stress. Jangan di pikirin omongan orang tentang jerawat, i mean,  jangan kelewat dipikirin. Karena itu yg membuat stress dan jerawat malah semakin menjadi-jadi. Cukup pikirkan bahwa cara yang sedang ditempuh buat ngilangin jerawat ini ampuh dan kita yakin akan itu.

Acne fighter,,,, semangaaat!!

Friday, March 03, 2017 No komentar

It's not fine

Friday, March 03, 2017 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me


Halooo! Aku Rani~ Blog ini hanya berisikan cerita sehari-hari, ambil yang baik-baiknya aja yaaa, karenaa... .

“We write to taste life twice, in the moment and in retropect.” Anais Nin

:)

Follow Me

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2017 (29)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (8)
    • ►  April (2)
    • ▼  March (5)
      • Cerita Ringan: Menunda Ngantuk
      • Jurnal Singkat PKPA Apotek II
      • Jurnal Singkat PKPA Apotek
      • Si Acne
      • It's not fine
    • ►  January (9)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (4)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  August (6)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  February (2)

Popular Posts

  • Bahasa Jawa Dalam Percakapan
    Saya bukan orang yang pintar berbahasa jawa. Saya lagi belajar, memperlancar. Postingan berbau bahasa jawa ini saya ambil dari ucapan seh...
  • Kulo Dereng Saget
    Dulu, beberapa kali bapak pernah bilang “sekarang kalo ngomong pake bahasa jawa. Masak orang jawa nggak bisa bahasa jawa. Masak tingga...
  • Hadapi Skripsi
    Jadi, beberapa hari yang lalu ibu cerita kalau anak temannya ibu lagi punya masalah terkait skripsi. Anaknya cewek, nangis terus, emosian,...
  • SINAU JOWO: BERBAUR DENGAN BAHASA JAWA
    Halo... Sudah lama aku pengen nulis tentang bahasa jawa yang sekarang lebih sering ku gunakan, mau tidak mau, suka tidak suka, karena terk...
  • My Chinese Name
    Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani. Apa kabar? :) nama saya adalah rani . Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bah...
Powered by Blogger.

Created with by ThemeXpose