Aku ini hidup di jaman apa sebenarnya?
Pagi tadi ada
seorang ibu datang dengan keluhan perut perih, mengaku tidak telat makan. Menurutnya
perutnya perih setelah makan beras merah tapi setelah ditanya lebih lanjut lagi
si ibu ini ternyata memang sedang memiliki beban pikiran akhir-akhir ini. Pikiran
itu berasal anaknya yang sudah merantau semua meninggalkan si ibu dan bapak. Si
ibu merasa kesepian, menurutnya anaknya yang terakhir masih terlalu kecil untuk
merantau ke Pulo Gadung. Si Ibu terlalu was-was si anak terpengaruh lingkungan
ibu kota yang menurutnya kejam. Bagiku, karna anaknya sudah lulus sekolah maka
bukan anak kecil lagi tapi mendengar cerita si ibu aku jadi sadar bahwa sebesar
apapun kita, dimata seorang ibu kita tetaplah anak kecilnya.
Jangan terlalu dipikir bu. Pasti baik-baik aja
bu. Nanti perutnya tambah perih.
iya ya mba, Cuma kok kadang saya tu takut aja
kalo terpengaruh lingkungannya. Kan disana banyak preman-preman.
yang penting tetap komukasi kan bu?
iya mba biasa video call. Wa itu pasti. Tiap berangkat
kerja anak saya pasti pamit. ‘bu iki aku mangkat’ Tapi tetap saja saya
kepikiran.
Main kesana bu. Mungkin ibu kangen
Besok mbak kapan-kapan. Sekarang kosnya masih
dengan temannya.
cari hiburan bu biar nggak kesepian. Main Hp
iya mba, dirumah itu ya ada tv, hp, bahkan ps
juga ada. Kata anak saya, saya disuruh main ps saja dengan suami biar nggak
kesepian
:D
Dulu waktu kerjanya masih deket kan bisa
seminggu sekali pulang kerumah mb. Sekarang rasanya sepi sekali. Kalo siang
gini ngobrol dengan orang di bengkel memang nggak kepikiran tapi kalo sudah
magrib sampai malem saya rasanya kesepian. Biasa tengah malam ngelilir bangun
trus nggak bisa tidur lagi. Saya dengan anak itu udah kayak temen sendiri mb,
gojekan terus. Sekarang makanya rasa sepi.
Denger curhatan
si ibu ini bikin aku inget waktu ibu di rumah juga ada diposisi ini. Kesepian. Ditinggal
anak-anaknya merantau. Biasa dirumah rame 4 orang anaknya, mendadak tinggal
satu si bungsu. Dan ibu pun punya keluhan yang sama yaitu sering merasa perut
sakit dan mual. Ah, memang ya hati ibu yang mana yang tidak dengan sedih
ditinggal sang anak, walaupun itu untuk mengejar karirnya. Obrolan dengan si
ibu ini membuatku sadar pilihanku untuk kerja di Purworejo adalah pilihan yang
tepat karena salah satu pertimbangan untuk kerja di Purworejo adalah menemani
ibu bapak ian sebelum akhirnya menikah dan ikut suami.
Friday, May 11, 2018
No komentar
Kalopun lelah, aku tak sendiri, 154 teman angkatanku juga pasti merasakan hal yang sama. Tugas yang datang terus menerus disusul
dengan jadwal yang padat, dikejar dengan ujian-ujian yang menuntut untuk
menyisakan beberapa waktu untuk belajar. Berangkat pagi pulang malam.
Kalopun lelah,
lelahku pasti tak seberapa dibanding dengan mereka diluar sana yang menahan
kata lelah demi tanggung jawab yang tak bisa dikesampingkan. Sebut saja mereka Ayah, yang pasti merasakan lelahnya saat bekerja tapi menahannya karena mereka adalah role model superhero
bagi Ibu dan Anak-anaknya. Mana mungkin mengeluhkan?
Kalopun lelah, harus ku syukuri karena aku memiliki tubuh yang sehat yang bisa mendukung aktivitas
keseharianku. Karena diluar sana, disuatu
ruangan, banyak yang bersedia menanggung lelahnya beraktivitas dibanding
terbaring berhari-hari dengan aktivitas yang terbatas karena tubuh yang tidak
mendukungnya.
Kalopun lelah,
aku bukan satu-satunya orang.
Kalopun lelah,
lelahku tak seberapa.
"Kalopun lelah, istirahatlah
sejenak, jangan menyerah"
9 desember 2016
Friday, May 11, 2018
No komentar