"Ga usah bunga deh, barang aja yang bermanfaat" requestku pada teman-teman ketika sedang membicarakan kado pendadaran.
Waktu ngomong kayak gitu posisiku belum pernah dikasih bunga, juga sepenilaianku, kado bunga itu semacam sia-sia, karna ga awet kaaan? Aku sih mikirnya gitu. Beberapa hari akan layu lalu berakhir di tempat sampah. Sayang aja, mending dibeliin yang lain yang awet dan bermanfaat.
Lalu sampailah aku mendapatkan jadwal pendadaran dan mikir... ga pengen bunga tapi kalo habis pendadaran terus foto-foto tanpa bunga kok kayak ada yang kurang ya? Aduh aduh gimana, tapi klo request minta bunga sayang aja karna awet cuma seminggu doang :(
Tapi Alhamdulillah galau kado pendadaran teratasi dengan adanya usaha buket bunga dari kain jilbab! :) Jadi, bentuk bunganya dapet dan barang bermanfaatnya dapet!!
Buket bunga jilbab adalah bisnis kecil-kecilan dari teman satu tingkat diatasku. Dia ini menjual hijab yang dibentuk sebagai buket bunga, jadi worth it banget buat foto.
Alhasil aku request sama temanku buat dikado buket bunga hijab aja dan Alhamdulillah dipenuhi sama mereka :) jadi ga tengsi-tengsi bangetlah ya foto pendadarannya nanti, karna tetep pegang buket bungaaaa.
//
Btw, difoto pendadaran itu aku tetep pegang buket bunga asli kan ya? Ternyata oh ternyata waktu aku keluar dari ruang pendadaran saat itu sudah ada dua temanku yang lain membawa kado buket bunga asli! Dan itu cantik!!
Dan saat itu juga aku menyadari kalo dikado bunga asli itu bikin seneeeng yaa. Cantiknya bunga yang biasa aku lihat jadi cantik luar biasa. Haha. Parah ya? Padahal sebelum aku pendadaranpun aku sudah bolak balik ke toko bunga buat beli bunga untuk kado temen yang pendadaran lebih awal dariku.
Walopun menurutku bunga memang cantik tapi buat dikado bunga juga aku seperti "hmmn ya mending kado yang lain aja sih" tapi ternyata begitu di surprise kado bunga aku klepek klepek juga haha.
Nah sepulang dari kampus saat itu, bunga-bunga kado pendadaran aku foto-fotoin. Aku fotoin banyak kaliii. Aku foto dari banyak angle. So beautiful!! Cantik bangeeet!
Rasanya bunga-bunga ini harus diabadikan di foto, supaya awet.
Akupun menyadari ternyata aku suka sekali memfoto-foto bunga, sejak saat itu bahkan sebelum bunga pendadaran pun aku sempat memfoto bunga dan hasilnya cantik banget. Ternyata bunga pendadaran menyadarkanku bahwa aku memang ada ketertarikan dengan memfoto bunga.
Alhasil sampai sekarang aku punya banyak foto bunga, aku suka memfoto dari angle yang dekat. Setiap ada bunga yang tumbuh dirumah pasti aku foto berkali-kali. Bahkan ketika melihat timeline instagram ada postingan buket bunga bakal aku simpan atau aku screenshoot buat disimpan dimemory hp untuk dijadikan wallpaper.
Ntah kenapa aku suka suka sekali dengan hasil foto bunga yang bagus, seperti ada kepuasaan sendiri dengan menghasilkan foto bunga yang fokus dan cantik. Baik untuk diposting di instagram maupun di jadikan wallpaper hp atau laptop.
Btw, wallpaper hp ku sekarang adalah bunga yang pertama kali aku foto. Bunga ini aku petik di pinggiran sawah dan kali saat main di rumah mbah. Kala itu siang-siang aku iseng petik satu bunga dan aku foto menggunakan hp mbak. Hasilnya... Selalu aku kagumi sampai sekarang
No filter No edit
Love it so mucchhh
Buatku, cantik banget banget banget!! Perpaduan bunga yang cantik, kamera yang bagus dan tentu angle yang pas membuat bunga menonjolkan keindahannya.
Im fallin in love with flower photography. Like i'm the professional photographer!! :)
Dan inilah foto-foto bunga yang aku sukain.
Hope this inner beauty of flowers into to your heart. Its beautiful as you see, isn't it?
Tiap tidur disuatu tempat, rumah siapapun pasti selalu ada pikiran ini rumahnya tahan gempa ga ya? Kalo mau lari gampang ga ya? Kunci pintu depan nya seperti apa? Mudah dibuka ga ya?
Pikiran-pikiran tersebut nampaknya hasil trauma akibat gempa Jogja 27 Mei 2007 silam. Rasa takut yang menimbulkan kewaspadaan dimanapun aku berada.
Aku masih duduk dibangku kelas tujuh. aku ingat betul saat itu jam 6 kurang, aku tengah mandi bersiap untuk sekolah, ketika tiba-tiba getaran kuat menggetarkan lantai kamar mandi yang aku pijak. Gerakan itu menyamping kiri kanan. Aku jelas tidak tau kalo getaran itu dinamakan gempa, yang jelas aku kaget, ini kenapaa?
"Gempaaaa!! Gempaaa!!" Ibu yang berada di dapur tengah memasak berteriak kencang sekali.
"Keluar ranii!! Keluaaar semua!! Gempaaaa!!"
Seketika itu juga aku panik, aku keluar dengan handuk yang melilit tubuhku. Aku bersyukur aku bisa keluar lari dari kamar mandi tanpa terpeleset, tanpa kesulitan buka pintu dan tentu dengan handuk yang menutup tubuhku.
Ibu, mb, adik dan aku berhasil keluar dengan selamat, begitupun dengan tetangga-tetangga. Alhamdulillah bangunan tampak kokoh, tidak ada yang roboh dan tidak ada korban jiwa di komplek saat itu.
Sesaat setelah keluar, mata semua orang tertuju ke arah selatan. Menunjuk Gunung Merapi sebagai penyebab gempa kala itu, karena memang beberapa hari sebelumnya Merapi menunjukkan tanda-tanda erupsi.
Setelah getaran mereda, bergegas ibu dan aku masuk kembali kerumah. Aku dengan cepat memakai baju, sementara ibu mematikan kompor dan mengecek keadaan dirumah
Setelah memastikan semua baik-baik saja, ibu dan kita semua kembali keluar rumah. Dengan getaran yang lebih ringan, namun tetap dapat dirasakan gempa terus menggetarkan jogja kala itu. Tiap lima menit gempa masih terasa. Menambah rasa takut terlebih kaki rasanya sudah gemetar sendiri akibat ketakutan.
Ibu memutuskan untuk mengisi pulsa hp untuk menghubungi bapak yang kala itu ada di Purworejo. Kulihat juga saat itu ibu berjaga-jaga dengan mengantongi beberapa uang bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Semua orang kala itu duduk dijalan depan rumah. Jalan beraspal. Terlalu takut untuk kembali masuk rumah depan gempa yang masih saja menggetarkan. Saat duduk-duduk itu, dari arah timur datang seseorang yang mengendarai motor dengan kencang yang kutau saudara tetangga. Dia datang mengarah ke arah kita dengan berteriak kencang.
"AIR AIR!! AIR LAUT NAIK!!"
Dan taukah kalian apa yang kemudian terjadi?
Ya! Semua takut. Semua kalang kabut. Semua langsung sibuk sendiri dengan berusah menyelamatkan diri, menyalakan kendaraan motornya lalu melarikan diri kearah utara, yang lebih tinggi. Termasuk aku dan keluarga.
Saat itu aku berusaha menyelamatkan diri dengan ikut tumpangan tetangga naik motor. Kita boncengan berlima, yang ikut kala itu hanya aku dan adikku yang besar.
Sedang ibu, mb dan adik kecil berlarian mencari tumpangan mobil. Kita terpisah. Semua kendaraan bermotor kala itu menuju utara, menuju Kalasan. Macet dimana-dimana. Semua orang nampak ketakutan, begitupun dengan aku.
Ketakutan semua orang itu bukan tanpa alasan, walaupun kalo dipikir-pikir sekarang adalah hal yang konyol air laut dari pantai selatan bisa naik sampai komplek rumah kala itu, apalagi sampai Kalasan yang notabene sudah lebih tinggi daerahnya (kecuali kiamat). Yang aku pahami, ketakutan itu bisa berefek sedemikian besar dan luas adalah karena kejadian Tsunami di Aceh 2004 silam.
Yang ada dibenak banyak orang pasti air laut yang akan datang secara tiba-tiba dan dahsyat seperti Tsunami. Tidak terpikir akan jarak yang begitu jauh dari pantai, bayangan bencana tsunami aceh 2004 pasti memenuhi benak mereka. Termasuk aku tentunya.
Setelah muter-muter tanpa arah saat itu akhirnya kami memutuskan pulang kembali ke rumah. Hanya ada beberapa orang yang memutuskan tetap tinggal dirumah, sedangkan sebagian besar kabur menyelamatkan diri. Saat itu rumah ditinggal begitu saja, tanpa ditutup apalagi dikunci. Bersyukur aku tinggal dikomplek perumahan jadi aman tidak ada barang yang hilang.
Sempat terpisah dengan ibu, akhirnya ketika memutuskan pulang kerumah ibupun tak lama setelah itu kembali kerumah. Ibu bercerita kalo ibu mencari tumpangan mobil dan ada yang bersedia menerimanya.
Hari-hari selanjutnya setidaknya tujuh hari dari gempa pertama di hari sabtu itu orang sekitar rumah pada tidur diluar, diteras. Bahkan malam pertama setelah gempa besar kita semua tidur dijalan beraspal. Bener-bener dijalan. Beratap langit malam. Saking takutnya.
Aku kedalam rumah saat itu seperlunya saja. Mandipun sesingkat singkatnya. Tata urutan mandi pun berubah semenjak gempa, yaitu sebelum lepas baju pasti sikat gigi dan cuci muka, lepas baju hanya ketika akan sabunan. Jadi berusaha sesingkat mungkin dalam keadaan tanpa baju karena takut akan kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa terjadi.
Seminggu tidur diluar rumah menyebabkan pipi ku bengkak sebelah kala itu, ntah apa hubungannya. Yang pasti ketika sudah mulai tidur didalam rumah, pipi bengkakku berangsur-angur kempes.
Hingga saat ini, Mei 2020, kejadian gempa di Jogja yang berpusatkan di Bantul kala itu masih membekas. Terutama setiap tanggal 27 Mei, video-video atau foto-foto saat bencana melanda muncul di sosial media mengingkatkan betapa ngeri nya kejadian saat itu. Banyak korban jiwa yang tewas. Banyak rumah yang roboh dan banyak rumah yang rata dengan tanah.
Alhamdulillah, Allah lindungi dan panjangkan umur hamba dan orang-orang yang ku sayang.
Tiga belas taun sudah berlalu, semoga cukup sudah merasakan gempa seperti itu. Semoga selalu dihindarkan dan diselamatkan dari bencana alam oleh Nya. Amin.