Berdiri Dalam Hercules, Berlari Mengejar Bus
Mudik
yang paling berkesan? Hmm... sekaligus yang paling berwarna? Hmm... oke, mari
dimulai.
Mudik ini terjadi 12 tahun silam.
Waktu masih bocah SD. Masih imut-imut. Memang kalau disuruh menceritakan urut
sedetail-detailnya agak sulit, maklum karena sudah berumur lama banget.
Tapi sebagian kejadian-kejadian yang berkesan masih terekam jelas di ingatan. Mudik
12 tahun silam kala itu berute Makassar- Madiun- Purworejo, Jawa Tengah.
Rencana mudik saat itu adalah dengan menggunakan pesawat.
Pesawat yang ditumpaki bukan pesawat
komersil yang seperti Kamu bayangkan. Iya Kamu. Pesawat yang ditumpangi yaitu
pesawat hercules. Buat yang belum tau apa itu pesawat hercules silahkan
searching, tapi sebagai gambaran saja saya jelaskan sedikit. Iya sedikit aja,
nggak usah banyak-banyak. Pesawat hercules adalah pesawat militer. Pesawat
besar yang warnanya hijau tua. Biasanya pesawat digunakan untuk kepetingan
militer seperti mengangkut pasukan militer, tapi kadang ada saatnya keluarga
militer bisa ikut menumpangi bila rutenya sesuai.
Kebetulan
saat itu karena beberapa kali ada pesawat hercules yang menuju Madiun si ibu
mulai mengurus ini itu buat mudik dengan hercules. Runtut cerita, tibalah hari
keberangkatan. Saat itu pukul lima pagi. Saya, kakak, adik dan ibu menuju
tempat pemberangkatan. Sesampainya disana sudah banyak orang yang juga ingin
mudik dengan hercules. Tiga puluh menit kemudian nama-nama yang keangkut
pesawat hercules tersebut dipanggil. Orang-orang yang namanya dipanggil
selanjutnya berhak menuju pesawat. Nama ibu saat itu ternyata tidak dipanggil,
padahal ibu yakin sebelumnya namanya sudah ada di kertas. Ibu kaget, kecewa.
Sedangkan kami, anak-anaknya, hanya bisa bertanya “kenapa bu? Kok kita nggak
jalan ke pesawat?” saat yang lain sudah berjalan menuju pesawat.
Merasa ada yang nggak beres, ibu pun
saat itu menuju sang petugas. Bertanya, sampai akhirnya sang petugas pun
berkata “ Ya Bu segera menuju pesawat. Sepuluh menit lagi pesawat terbang”.
Tanpa banyak bicara ibu pun akhirnya berlari menuju ketiga anaknya, “cepat,
cepat yuk pesawatnya bentar lagi terbang”.
Ingat sekali dulu kami
berlari-larian ke pesawat, nggak ada waktu buat ngeluh “pelan bu”. Kami berlari-larian
dengan tas-tas yang besar. Karena merupakan orang yang terakhir naik ke
pesawat, kami mendapati bagian pesawat belakang. Jangan dibayangkan bagian
pesawat belakang hercules itu seperti pesawat komersil yang terdiri dari banyak
tempat duduk karena bagian pesawat belakang adalah ekor. Bagian ekor yang bisa
terbuka. Merupakan ruang luas tanpa kursi. Ruang luas belakang hercules itu jangan
dibayangkan bisa digunakan untuk duduk. Jangankan duduk, untuk berdiri saja
kami harus di pinggir. Ruang luas bagian belakang saat itu sudah di isi oleh
mobil. Iya mobil beneran bukan mobil tamiya.
Saat itu pesawat yang kami tumpangi
selain mengangkut orang yang ingin mudik juga mengangkut satu mobil di
belakang. Dan apesnya kami dapat bagian belakang tersebut. Jadi mau tidak mau
sepanjang perjalanan kami berempat, dari Makassar ke Madiun, hanya bisa
berdiri. Perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Berdiri di sela
kosong antara mobil dan dinding pesawat. Nggak banyak yang bisa dilakuin saat
itu selain menikmati serunya berdiri dalam pesawat yang mengudara. Saat pesawat
goyah sedikit kami langsung mencari topangan yang bisa membuat tubuh tetap
seimbang. Menikmati serunya berdiri dalam pesawat saat pesawat take off maupun
landing. SERU
Setibanya
di landasan militer madiun, kami langsung mencari taksi, karena tujuan kami
Purworejo, yang terletak di Jawa Tengah. Bukan di Madiun ini. Mencari taksi
bukan berarti kami menghabiskan perjalanan selanjutnya dengan taksi. Bisa habis
berjuta –juta bila kami menghabiskan 6 jam dalam taksi. Kan? Tujuan sebenarnya
mencari taksi adalah untuk menuju terminal, karena perjalanan selanjutnya akan
ditempuh dengan bus. Saat itu kami harus ganti-ganti bus sebelum akhirnya
mendapat bus yang tepat. Lagi-lagi kami harus berlarian mengejar bus dengan
jurusan yang tepat. Juga kami harus berdiri selama beberapa jam sebelum
akhirnya dapat tempat duduk.
Saat
itu ibu takut sekali terjadi sesuatu selama perjalanan, takut kecopetan. Mengingat
saat itu ibu cuma sendiri, tanpa bapak yang sedang bertugas. Ibu, selain
membawa kami anak-anaknya yang masih duduk di kelas TK, 3 dan 5 SD juga membawa
barang yang banyak. Sehingga tidak heran ketika sampai di rumah jam 11 malam
rasanya senang sekali. Bisa sampai rumah dengan selamat tanpa kehilangan satu
apapun.
Sampai
sekarang masih terekam jelas perjuangan mudik itu. Mudik yang penuh dengan
perjuangan dan penuh kewaspadaan. Mudik yang paliiiinggg berkesan. Mengingat
sekarang sudah tinggal di Yogyakarta, yang mana dari Yogyakarta ke Purworejo dapat
ditempuh hanya dalam waktu 2 jam, dengan bus.
0 komentar