­

Writer Challenge Day 5: Tentang Film

by - Monday, January 23, 2017



Buat tantangan kali ini rasanya mikir keras film apa yang paling berkesan ._. karena udah lama banget nggak nonton film, kalopun ingat film yang dulu yang pernah ditonton rasanya gak ada yang paling berkesan karena ceritanya. Semua biasa aja. Bagus, ya bagus semua. Suka, ya suka semua. Masih inget jalan ceritanya? Ya sebagian :p

Sebagai penyuka drama korea, begitu tau ada tantangan ‘tulis 5 film yang paling berkesan’ yang muncul di otak adalah drama korea ini, ini, dan ini. Soal film bener-bener harus mikir keras dan sampai hari tulisan ini disusun masih nggak ada film yang berkesan (berdasarkan cerita). Jadi untuk melunasi tantangan ini yang bahkan telat sehari, saya putuskan untuk menceritakan film yang berkesan bukan karena jalan ceritanya namun berdasarkan cerita mengapa atau bagaimana saya bisa menonton film itu.

1. Rumah Pondok Indah
Ini film pertama yang saya tonton di bioskop saat di Jogja. Merupakan film horor. Asli film horor yang seharusnya tanpa ada bumbu-bumbu model perempuan seksi yang beberapa tahun belakangan menjadi point film horor. RPI ini, Masih dengan judul yang masuk akal, membuat penasaran, Ada-apa-dengan-Rumah-Pondok-Indah? karena sebagaimana kita ketahui bersama beberapa film horor belakangan ini dari judulnya saja mengundang tawa, membuat mengernyitkan alis dan menghilangkan esensi film yang seharusnya menakutkan.

Untungnya, dulu saya sempat menonton horor yang masuk akal di bioskop karena khas membuat bulu kuduk merinding ketakutan. Nonton RPI ini berkesan karena nontonnya waktu SMP awal-awal, bareng teman-teman se geng. Nontonnya pun dibioskop lawas, bioskop mataram, dan itulah yang menambah film ini berkesan, tidak di mall-mall seperti sekarang.

Sedang sekarang bioskop mataram hanyalah sekedar nama, tak digunakan lagi, karena semakin menjamurnya bioskop mewah yaitu bioskop jaringan 21. Kunjungan menonton RPI, membuat saya datang ke Bioskop mataram untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Karena tidak lama setelah itu, bioskop di mall mulai muncul dan semakin tertinggallah bioskop macam bioskop mataram.

2. Tanda Tanya (?)
Sederhana. Berkesannya film ini sederhana sekali, karena nonton film ini berawal dari iseng-iseng berhadiah. Yap! Berkesannya film ini karena bisa nonton gratis :p waktu itu, 2011, saya berhasil menangin voucher nonton film Tanda Tanya lewat radio dengan cara mengajukan pertanyaan kepada Hanung Bramantyo yang saat itu sedang diwawancarai on-air disebuah radio. Cara mengajukan pertanyaanya pun hanya melalui komen di facebook. Saat itu kalau tidak salah saya menanyainya dengan “apakah ada hambatan saat proses syuting berlangsung? Dan apakah hambatan itu sempat membuat Hanung berpikir untuk melanjutkan atau tidak?”

Setelah pertanyaan saya diajukan, sayapun tertidur. Nggak ada pikiran bakal menang walaupun sedikit berharap. Bangun-bangun saat online facebook kembali saya mendapat notifikasi bila saya mendapatkan 2 voucher. Yeaaaah.

Karena waktu pemutaran film yang dimaksud ternyata hari itu juga selepas magrib maka saya putuskan untuk mengajak si adek aja, adit. Toh dia belum pernah ke bioskop, mumpung gratis juga. Kalau nggak gratis mungkin mbaknya ini nggak pernah ngajakin dia nonton haha.

Setelah dibujuk dengan alasan ‘ayo dit kamu belum pernah nontonkan? Masalah cerita belakangan, yang penting kamu ke bioskop’ akhirnya dia mau. Maklumlah waktu itu adit masih kelas 8, jadi belum ada alasan dia buat ke bioskop.  So jadilah saya dan adit berangkat ke bioskop 21.

Soal cerita film, saya nggak begitu ingat. Intinya ini film menceritakan tentang agama. Intinya toleransi.

Di akhir pemutaran film ini, saya baru sadar ternyata ada pemainnya yang nonton juga. Jadi pemutaran film itu seperti premierenya. Tapi saya nggak tau haha. Waktu itu salah satu pemeran cowok yang datang. Kalau bukan Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Rio Dewanto, ya Hengky Solaiman. Tapi kayaknya bukan Reza Rahardian (karena kalo ini nggak bakal saya ngelewatin). Saya nggak begitu ingat, saat itu banyak penonton yang minta berfoto bersama. Saya cuma bisa lihatin karena hp tak mendukung untuk berfoto ._. akhirnya disaat beberapa orang meminta untuk berfoto bersama, saya sama si adek langsung berjalan keluar bioskop. Seakan berkata ‘cuma mereka, sering kok lihat di tv’ padahal klo sekarang mau banget deh foto sama Reza Rahadian, Agus Kuncoro dan Rio Dewanto.

3. My sister’s keeper
My sister’s keeper ini salah satu film yang saya tonton melalui penyewaan VCD dan itu berkesan. Yap! Jaman dulu waktu masih SMP seringnya nonton film barat lewat penyewaan VCD. Dulu tiap sabtu minggu, ketika ditinggal bapak ibu mudik, saya dan mbak sering untuk meminjam film. Kita nontonnya saat malam hari. Banyak sekali film yang dulu sudah ditonton. Tapi paling ingat sama judul yang satu ini, pun dengan jalan ceritanya.

Film ini cerita sedih dalam suatu keluarga. Film ini menceritakan tentang keluarga yang memutuskan untuk menambah anak (kedua) dengan maksud bila sang anak sudah besar kelak bisa dikorbankan untuk menyembuhkan kakaknya yang terkena kanker. Si adek yang dilahirkan dengan maksud tertentu ini nantinya akan ‘dipaksa’ untuk menyumbangkan sum-sum tulangnya untuk sang kakak. Ketika sang adek sudah semakin besar (walaupun sebenernya masih kecil), akhirnya dia tau maksud dia dilahirkan. Diapun akhirnya mencari bantuan ke pengacara untuk mengkasuskan ibundanya. Tidak terima dengan ketidakadilannya.

Masih banyak film lain yang bagus dan juga berkesan dari jasa penyewaan VCD kala itu, tapi rasanya my sister’s keeper bisa mewakili yang paling berkesan.

Btw, ngomongin tentang penyewaan VCD, jadi inget beberapa tahun yang lalu. Saat film belum bertebaran di warnet. Penyewaan VCD menjadi pilihan saat kantong tak memungkinkan untuk datang ke bioskop.


Kalau untuk sekarang, orang pasti lebih memilih untuk datang ke warnet untuk mendapatkan film daripada menyewa VCD. Secara sekali ke warnet bisa dapat film banyak sekaligus biaya yang terjangkau plus tak dibatasi waktu, kan?

You May Also Like

0 komentar