Writer Challenge Day 5: Tentang Film
Buat
tantangan kali ini rasanya mikir keras film apa yang paling berkesan ._. karena
udah lama banget nggak nonton film, kalopun ingat film yang dulu yang pernah
ditonton rasanya gak ada yang paling berkesan karena ceritanya. Semua biasa
aja. Bagus, ya bagus semua. Suka, ya suka semua. Masih inget jalan ceritanya?
Ya sebagian :p
Sebagai
penyuka drama korea, begitu tau ada tantangan ‘tulis 5 film yang paling
berkesan’ yang muncul di otak adalah drama korea ini, ini, dan ini. Soal film
bener-bener harus mikir keras dan sampai hari tulisan ini disusun masih nggak
ada film yang berkesan (berdasarkan cerita). Jadi untuk melunasi tantangan ini
yang bahkan telat sehari, saya putuskan untuk menceritakan film yang berkesan
bukan karena jalan ceritanya namun berdasarkan cerita mengapa atau bagaimana saya
bisa menonton film itu.
1. Rumah Pondok Indah
Ini film pertama yang saya tonton di bioskop saat di
Jogja. Merupakan film horor. Asli film horor yang seharusnya tanpa ada
bumbu-bumbu model perempuan seksi yang beberapa tahun belakangan menjadi point
film horor. RPI ini, Masih dengan judul yang masuk akal, membuat penasaran,
Ada-apa-dengan-Rumah-Pondok-Indah? karena sebagaimana kita ketahui bersama
beberapa film horor belakangan ini dari judulnya saja mengundang tawa, membuat
mengernyitkan alis dan menghilangkan esensi film yang seharusnya menakutkan.
Untungnya,
dulu saya sempat menonton horor yang masuk akal di bioskop karena khas membuat
bulu kuduk merinding ketakutan. Nonton RPI ini berkesan karena nontonnya waktu
SMP awal-awal, bareng teman-teman se geng. Nontonnya pun dibioskop lawas,
bioskop mataram, dan itulah yang menambah film ini berkesan, tidak di mall-mall
seperti sekarang.
Sedang sekarang
bioskop mataram hanyalah sekedar nama, tak digunakan lagi, karena semakin
menjamurnya bioskop mewah yaitu bioskop jaringan 21. Kunjungan menonton RPI,
membuat saya datang ke Bioskop mataram untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
Karena tidak lama setelah itu, bioskop di mall mulai muncul dan semakin tertinggallah
bioskop macam bioskop mataram.
2. Tanda Tanya (?)
Sederhana. Berkesannya film ini sederhana sekali,
karena nonton film ini berawal dari iseng-iseng berhadiah. Yap! Berkesannya
film ini karena bisa nonton gratis :p waktu itu, 2011, saya berhasil menangin
voucher nonton film Tanda Tanya lewat radio dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada Hanung Bramantyo yang saat itu sedang diwawancarai on-air disebuah
radio. Cara mengajukan pertanyaanya pun hanya melalui komen di facebook. Saat
itu kalau tidak salah saya menanyainya dengan “apakah ada hambatan saat proses
syuting berlangsung? Dan apakah hambatan itu sempat membuat Hanung berpikir
untuk melanjutkan atau tidak?”
Setelah pertanyaan saya diajukan, sayapun tertidur.
Nggak ada pikiran bakal menang walaupun sedikit berharap. Bangun-bangun saat
online facebook kembali saya mendapat notifikasi bila saya mendapatkan 2
voucher. Yeaaaah.
Karena waktu pemutaran film yang dimaksud ternyata
hari itu juga selepas magrib maka saya putuskan untuk mengajak si adek aja,
adit. Toh dia belum pernah ke bioskop, mumpung gratis juga. Kalau nggak gratis
mungkin mbaknya ini nggak pernah ngajakin dia nonton haha.
Setelah dibujuk dengan alasan ‘ayo dit kamu belum
pernah nontonkan? Masalah cerita belakangan, yang penting kamu ke bioskop’
akhirnya dia mau. Maklumlah waktu itu adit masih kelas 8, jadi belum ada alasan
dia buat ke bioskop. So jadilah saya dan
adit berangkat ke bioskop 21.
Soal cerita film, saya nggak begitu ingat. Intinya ini
film menceritakan tentang agama. Intinya toleransi.
Di akhir
pemutaran film ini, saya baru sadar ternyata ada pemainnya yang nonton juga.
Jadi pemutaran film itu seperti premierenya. Tapi saya nggak tau haha. Waktu
itu salah satu pemeran cowok yang datang. Kalau bukan Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Rio Dewanto, ya Hengky Solaiman. Tapi
kayaknya bukan Reza Rahardian (karena kalo ini nggak bakal saya ngelewatin). Saya
nggak begitu ingat, saat itu banyak penonton yang minta berfoto bersama. Saya
cuma bisa lihatin karena hp tak mendukung untuk berfoto ._. akhirnya disaat
beberapa orang meminta untuk berfoto bersama, saya sama si adek langsung
berjalan keluar bioskop. Seakan berkata ‘cuma mereka, sering kok lihat di tv’
padahal klo sekarang mau banget deh foto sama Reza Rahadian, Agus Kuncoro dan Rio Dewanto.
3. My sister’s keeper
My sister’s keeper ini salah satu film yang saya
tonton melalui penyewaan VCD dan itu berkesan. Yap! Jaman dulu waktu masih SMP
seringnya nonton film barat lewat penyewaan VCD. Dulu tiap sabtu minggu, ketika
ditinggal bapak ibu mudik, saya dan mbak sering untuk meminjam film. Kita
nontonnya saat malam hari. Banyak sekali film yang dulu sudah ditonton. Tapi
paling ingat sama judul yang satu ini, pun dengan jalan ceritanya.
Film ini cerita sedih dalam suatu keluarga. Film ini
menceritakan tentang keluarga yang memutuskan untuk menambah anak (kedua)
dengan maksud bila sang anak sudah besar kelak bisa dikorbankan untuk menyembuhkan
kakaknya yang terkena kanker. Si adek yang dilahirkan dengan maksud tertentu
ini nantinya akan ‘dipaksa’ untuk menyumbangkan sum-sum tulangnya untuk sang
kakak. Ketika sang adek sudah semakin besar (walaupun sebenernya masih kecil),
akhirnya dia tau maksud dia dilahirkan. Diapun akhirnya mencari bantuan ke
pengacara untuk mengkasuskan ibundanya. Tidak terima dengan ketidakadilannya.
Masih banyak film lain yang bagus dan juga berkesan
dari jasa penyewaan VCD kala itu, tapi rasanya my sister’s keeper bisa mewakili
yang paling berkesan.
Btw, ngomongin tentang penyewaan VCD, jadi inget
beberapa tahun yang lalu. Saat film belum bertebaran di warnet. Penyewaan VCD
menjadi pilihan saat kantong tak memungkinkan untuk datang ke bioskop.
Kalau untuk sekarang, orang pasti lebih memilih untuk
datang ke warnet untuk mendapatkan film daripada menyewa VCD. Secara sekali ke
warnet bisa dapat film banyak sekaligus biaya yang terjangkau plus tak dibatasi
waktu, kan?
0 komentar