instagram twitter
  • Home
  • Thoughts
  • Hobby
    • Books
    • Experience
    • Traveling
  • About
  • Contact
  • Creations

Rani Wijaya

“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.” ― Anaïs Nin

Udah bukan hal yang baru lagi setiap ngadep di depan laptop stuck nggak tahu mau nulis apa. Mungkin bukan nggak tahu tapi lebih tepatnya bingung apa yang mau ditulis padahal banyak sekali hal-hal yang ingin ditulis. Semacam bingung mau mulai darimana.

Sedih juga kalo terjadi berulang-ulang tapi kenyataannya inilah yang terjadi. Lebih sering begini darimana begitu buka laptop langsung nulis sesuatu. Ujung-ujungnya kalo bingung kayak gitu cuma bisa dengerin musik atau nonton film yang ada di laptop dan yaaaah ide menulis pun hilang untuk beberapa hari. Sekalinya datang lagi pasti kejadian lagi.

Apa ini yang disebut writer’s block ya? Semacam penghalang yang membuat menulis sesuatu yang datangnya bukan dari orang lain tapi dari diri kita sendiri. Sayangnya dibanding untuk koreksi ke diri sendiri, writer’s block kadang membuat kita (saya lebih tepatnya) mencari sesuatu untuk disalahkan karena tidak dapat menulis. Hmm,, semacam nggak ada waktu atau nggak ada ide. Tapi itu cuma alasan klise sih. Mengkambing hitamkan sesuatu yang jelas-jelas nggak ngasih pengaruh ke saya.

Kadang untuk mencari semangat itu saya akali dengan blog-walking. Hasilnya? Luar biasa... blog-walking bener-bener bisa membangun semangat buat nulis. Tiap main ke blog orang yang ceritanya menarik dan ternyata blog itu aktif berhasil membuat saya berguman ‘saya mau menulis lagi ah!’ ‘seru ya punya blog aktif yang isinya keseharian kita yang bermanfaat bagi banyak orang lewat sharing pengalaman kita. Simpel’

Saya selalu bertekad buat rajin blogging selepas blog-walking. Kenapa? Karena bahkan saya suka membaca tulisan saya sendiri yang lampau-lampau. Semacam kenangan tersendiri yang disampaikan lewat tulisan. Saya selalu ‘iri’ pada orang yang di blognya dari tahun 2007 sudah banyak mempunyai postingan dan sampai 2015 jumlahnya tidak kalah banyak. Iri yang saya jadikan semangat untuk menulis, apalagi kalo isi blog itu bener-bener ngasih manfaat. Hanya dari sekedar cerita pengalaman saja, ngaruhnya nggak bisa disepelekan. Mungkin ini yang dinamakan belajar dari pengalaman orang tanpa harus mengalami :)

And you know what? Saya menuliskan ini setelah saya blog-walking haha,
that’s why i really love to do blog-walking hihi.
Sunday, December 20, 2015 No komentar

Welcome back Jogjaaa 

Yeey, akhirnya kembali ke Jogja setelah 3 hari ada di perjalanan Semarang-Bandung-Jakarta dalam rangka kunjungan industri. Banyak cerita yang pengen dishare terutama dengan suasana di kota Jakarta. Kota yang terkenal dengan macetnya itu. Pengen buru-buru kelar ngetik ceritannya ini supaya pikiran-pikiran yang terlintas ketika diperjalanan terekam dalam tulisan yang abadi hihi.

Btw, saya baru sampe Jogja tadi pagi jam setengah 8 dan sekarang sudah ada di depan laptop buat ketik-ketik cerita perjalanan kemaren. Dari 3 kota yang dikunjungi kemaren mungkin cuma Jakarta yang paling berkesan. Berkesan karena akhirnya bisa lihat langsung suasana kotanya. Selama ini kan cuma lihat di tv ma ftv-ftv haha. Gimana macetnya, gimana bangunan yang menjulang tinggi, gimana kumuhnya rumah-rumah yang dibangun ditempat yang nggak semestinya dan lain-lainnya bakal di review satu-satu.

Dimulai dengan suasan kota Jakarta, suasana di Jakarta baru bisa dinikmati saat pagi hari, saat dalam perjalanan menuju kawasan industri di Jakarta Timur. Disepanjang perjalanan saya menikmati pemandangan aktivitas masyarakat kota Jakarta. Sengaja saat mulai berangkat saya minta pada teman saya untuk tukar posisi tempat duduk, saya minta gantian untuk duduk dipinggir jendela supaya dapat melihat lebih dekat seperti apa jakarta itu :)

Di perjalanan tampak jalan raya jakarta yang lebih lebar dibanding di Jogja, tapi tetap saja penuh dengan kendaraan-kendaraan. Memang nggak semua jalan di Jakarta macet tapi pasti ada 2 atau 3 atau lebih saya yakin titik macet di Jakarta. Macetnya Jakarta ini rata-rata dikarenakan banyaknya mobil-mobil pribadi, jadi nggak heran kenapa Jakarta itu nggak bisa lepas sama yang namanya kemacetan.

Di bangunan-bangunan kecil tempat bekerja pun halaman parkir dipenuhi dengan mobil pribadi, jadi mikir “ini orang-orang kantoran bawaannya mobil semua kali ya?” pantes kan macet, saya berguman akan kemungkinan dari pikiran sendiri. Melihat banyaknya mobil pribadi yang menghiasi kota jakarta membuat saya berpikir lagi “sebanyak apakah gaji bekerja di kota Jakarta ini sampai-sampai para pekerja mengendarai mobil ke kantor-kantor?” “jadi inikah alasan kenapa Jakarta menjadi tujuan utama dalam mencari pekerjaan?” atau “apakah memiliki dan mengendarai mobil sudah menjadi kebutuhan primer di kota jakarta?” hmm.. itulah pertanyaan-pertanyaan wisatawan yang terheran-heran dan nggak tau mau ditanyakan pada siapa:)

Dari deretan mobil yang menjuntai panjang itu hanya beberapa motor yang terlihat berusaha mencari jalan di antara sela-sela mobil. Sepenglihatan saya pengendara motor lebih sedikit dibanding pengendara mobil. Keadaan ini berbeda banget sama di Jogja, di Jogja kemacetan keramaian kendaraan mulai terlihat karena banyaknya kendaraan roda dua. Banyak banget. Mungkin ini berhubungan sama semakin banyaknya mahasiswa di kota pelajar satu ini. Kalo boleh saya sederhanain perbandingan motor:mobil di jogja itu 7:3 sedangkan di Jakarta perbandingannya kebalikannya, 3:7. Terlihat jelas banget perbedaan alasan di balik kemacetan Jakarta dan Jogja. Bahkan di Jakarta jalanannya lebih lebar dan banyak jembatan layang tapi kemacetan tetap menghiasi kota itu.

Begitu pula di jalan tol, kemacetan nggak bisa dihindari. Kalo merujuk definisinya, jalan tol kan jalan bebas hambatan tapi kenyataannya hambatan tetap ada, kemacetan. Iya apalagi kalo bukan kemacetan. Hitungan panjangnya nggak cuma meter-meteran tapi ini udah kilo-kiloan, yap kilometer-an deretan mobil yang dengan sabar menunggu untuk dapat berjalan. Buat pengemudi-pengemudi yang sabar menghadapi kemacetan ini saya takjub. Takjub sekali dengan kesabarannya buat sabar menanti giliran jalannnya. Takjub melihat pengendara bersedia jalan merayap tiap kemacetan terjadi. Saya membayangkan kalau saya ada di posisi itu setiap hari, ahh.. apa jadinya ya? Melihat deretan mobil yang sangat panjang saja saya merinding apalagi merasakannya. Mungkin ada benarnya, Jakarta tidak untuk orang yang lemah

Selain kemacetan, di sepanjang perjalanan saya juga melihat banyak fasilitas jembatan penyebrangan yang disediakan. Baik yang dihubungkan dengan pemberhentian transJakarta maupun yang bukan. Fasilitas yang keren sih menurut saya mengingat lebar dan ramainya jalanan di Jakarta jadi pasti sulit dan berbahaya bila menyebrang langsung. Fasilitas yang nggak ditemui di kota Jogja #yaiyalah hihi

Jalanan-jalanan di kota Jakarta menurut saya juga keren :D tapi ya terlepas dari kemacetannya hihi, suka aja sama jalanan yang lebar dan jalan layangnya yang banyak sekali gitu. Hanya perlu di tata sedikit lagi diikuti ketaatan pengguna jalan pasti Jakarta bakal jadi lebih cantik lagi. Akan semakin indah dan cocok dengan sebutan kota metropolitan. Ya kan?

Belum lagi bangunan-bangunan yang menjuntai tinggi. Apartement, Rumah susun, perkantoran, hotel, semuanya mewah. Bangunan elit, mewah, dan gagah berdiri menghiasi kota metropolitan itu. Cocok dan pantes buat ibu kota yang high class dibanding kota-kota lainnya, tapi sayangnya #lagi nggak bisa dielakkan kalo di Jakarta itu juga ada rumah yang berbanding 180O  sama bangunan yang mewah itu. Rumah yang berdempet-dempetan dan kumuh karena di bangun ditempat yang tidak semestinya. Miris loh lihat secara langsung. Lingkungan yang sama sekali nggak pantes buat ditinggalin, setidaknya tidak dengan bangunan yang seperti itu. Saya yang notabene orang Indonesia melihat itu saja kaget apalagi orang nonIndonesia yang tidak sengaja melihat secara langsung.

Bener-bener itu PR buat pemerintah DKI Jakarta buat membenahi kawasan pemukiman seperti itu. Entah bagaimana caranya, yang pasti tidak mengabaikan hak asasi manusia, semoga pemerintahan DKI Jakarta dapat segera membenahinya. Mewujudkan kota Jakarta yang indah tanpa pemukiman yang tak seharusnya itu. Menjadikan Jakarta yang cantik, indah, dan nyaman.

So Jakarta...Yes true that i love you but... I choose to live in Jogja <3 setidaknya untuk saat ini :)
Tuesday, November 17, 2015 No komentar

                                17 November 2011
Pada dasarnya manusia itu tidak pernah puas!
Jika lihat ke atas semua akan terasa kurang. Barang yang mewah sekali pun akan diinginkan, sejenak atau bahkan selamanya melupakan apa yang kita punya saat ini, menuruti nafsu kegengsian, nafsu dari ke-modern-an zaman—yang tidak akan berhenti di satu titik saja.

Melengkapi keinginan bukan kebutuhan. Ingin itu ingin ini, yang sebenarnya tidak butuh.

Manusia itu rakus kalau tidak sadar.
Manusia itu korban mode kalau selalu menuruti keinginan.
Manusia itu lemah tanpa kesadaran, sangat lemah.

Harus berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk mengikuti kemodern zaman ini?
Sebulan ini model x, sebulan kemudian model y, enam bulan kemudian model xy, lalu....? untuk itukah kita hidup? Untuk menuruti hawa nafsu?
Pikirkanlah...

Jika lihat ke atas kita akan selalu merasak kurang, maka marilah kita lihat ke bawah.
Ada, pasti! Pasti ada seseorang, bahkan lebih, yang ingin seperti kita. Yang berusaha memiliki apa yang kita punya. Beruntung kalau orang itu sanggup, tapi kalau tidak?
Mereka hanya akan terus kepingin. Semua jadi keinginan, tidak bedakah kita dengan yang di bawah kita?
Tentu saja sama! Maka sudah sepantasnya kita bersyukur, ada yang di atas pasti ada yang di bawah. Kalau yang di bawah kita ingin seperti kita dan kita pengin seperti mereka yang di atas,, lalu bagaimana yang di atas?

Adakah yang di atas kita juga belum merasa puas dengan apa yang mereka miliki? Yaaa...
Logika berjalan, bila kita saja menjadi bawahan mereka pasti mereka punya atasan, sehingga semua sama saja. Yang dia atas pun ingin lebih dari yang sekarang.

Jadi marilah sadar sebagai insan manusia
1. jangan merasa sombong! Ingat! Kita masih di bawah, ada yang lebih dari kita punya saat ini.
2. bersyukurlah, masih ada orang yang dibawah kita mencoba untuk bangkit, bekerja keras.

APALAH ARTI KESOMBONGAN DAN MERASA KEKERUNGAN JIKA KITA SEWAKTU-WAKTU BISA ADA DI ATAS DAN ADA DI BAWAH?
RENUNGKANLAH






NB: Sebenernya ini adalah tulisan lama banget. Tanggal 17 November 2011, waktu saya masih belia :p, sekarang 4 tahun sudah catatan ini tersimpan rapi dalam notes bagian belakang karena hari ini tanggal 17 November juga hanya saja tahun 2015. Kebetulan banget tanggalnya sama, padahal nggak di pas-pasin juga loh :)
Nggak tau waktu itu dapet wangsit apa sampe bisa  nulis itu, keabsurd-an yang masih saya iyain sampai hari ini:) walaupun tulisannya masih acak-acak-an kayak gitu tapi saya tau arah dan tujuan tulisan itu hihi semoga Anda yang membaca juga dapat memahaminya, memahami tulisan anak 18 tahun tulis begituan, ya walaupun mungkin Anda harus mengulang-ulanginya dan mengerutkan kening sambil bilang “ini anak nulis apa sih?” hihi
Tuesday, November 17, 2015 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me


Halooo! Aku Rani~ Blog ini hanya berisikan cerita sehari-hari, ambil yang baik-baiknya aja yaaa, karenaa... .

“We write to taste life twice, in the moment and in retropect.” Anais Nin

:)

Follow Me

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (29)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (8)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (4)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ▼  2015 (16)
    • ▼  December (1)
      • Writer's Block and I
    • ►  November (2)
      • I Love Jakarta, But...
      • Tulisan Lawas
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  August (6)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  February (2)

Popular Posts

  • Bahasa Jawa Dalam Percakapan
    Saya bukan orang yang pintar berbahasa jawa. Saya lagi belajar, memperlancar. Postingan berbau bahasa jawa ini saya ambil dari ucapan seh...
  • Kulo Dereng Saget
    Dulu, beberapa kali bapak pernah bilang “sekarang kalo ngomong pake bahasa jawa. Masak orang jawa nggak bisa bahasa jawa. Masak tingga...
  • My Chinese Name
    Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani. Apa kabar? :) nama saya adalah rani . Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bah...
  • SINAU JOWO: BERBAUR DENGAN BAHASA JAWA
    Halo... Sudah lama aku pengen nulis tentang bahasa jawa yang sekarang lebih sering ku gunakan, mau tidak mau, suka tidak suka, karena terk...
  • Suspended Twitter
    Akun sosial media ter-suspend lagi itu rasanya AWWW banget. Setelah sebelumnya instagram yang baru beberapa hari dibikin ter-suspend, s...
Powered by Blogger.

Created with by ThemeXpose