instagram twitter
  • Home
  • Thoughts
  • Hobby
    • Books
    • Experience
    • Traveling
  • About
  • Contact
  • Creations

Rani Wijaya

“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.” ― Anaïs Nin

Hallo Rani, ini kedua kalinya Rani yang dulu nulis surat untuk kamu, Rani yang sekarang. Ternyata baca surat yang ditulis dan dituju ke diri sendiri itu lucu juga. Setelah sebelumnya kamu ragu menulis surat untuk diri sendiri itu seperti apa tapi toh pada akhirnya kamu berhasil menulis untuk pertama kalinya. Dan ketika kamu membacanya beberapa bulan kemudian ternyata bikin senyum-senyum sendiri, melihat tingkah laku diri sendiri di masa lalu. Kamu pun berpikir dibaca hanya jarak bulan saja jadi geli-geli gini, gimana besok bacanya saat tahun-tahun berlalu ? :)

Sama seperti sebelumnya, disurat ini kamu bakal baca kegiatan seharian Rani yang dulu, di tanggal 17 Juni 2017.

Rencana kegiatan kamu disabtu hari ini adalah cuci baju sekeluarga. Jadi sehabis bangun tidur kamu langsung ngerendam pakaian. Niatnya nanti mau dicuci setengah jam-an lagi, tapi ternyata waktu lagi ditinggal nyapu rumah, bapak masuk kamar mandi dan dicucilah itu pakaian sama bapak ._.

Tugaspun berubah, dari nyuci pakaian menjadi nyapu halaman rumah. Karna cuci pakaian diambil alih bapak, ibu meminta kamu menyapu halaman barat rumah, yang nggak kalah menguras energi. Tapi berhubung hari ini kamu nggak puasa jadi kalau kelelahan bisa istirahat minum.

Mumpung masih pagi, jam 9 kurang 15 menit kamu pun bergegas untuk mulai menyapu. Walaupun daun kering tak sebanyak biasanya tapi kegiatan menyapu halaman rumah tetap menjadi kegiatan yang paling melelahkan. Untungnya halaman rumah teduh jadi panasnya matahari tidak terlalu mengganggu.

Setengah jam berlalu, munculah si adek, Ian. Dia memanggil sambil memberikan jempol, cengengesan dan kamupun berkata “huu bantu sini dek, kamu kan tadi juga disuruh ibu nyapu. Malah main...”

Sambil ketawa-ketawa akhirnya dia mengambil sapu lidi juga dan ikut membantu, sebentar. Karena memang sebagian besar halaman sudah kamu sapu. Seusai menyapu kamu dan Ian berusaha untuk membakar sampah kering bermodal korek gas.

“ambil lilin sana dek, panas kalo pake korek gas terus,” kata mu saat itu.

“gak usah, sini aku aja. Kamu tu yang nggak bisa. Pake daun pisang kering ini lhooo” jawab si Ian. Lama Ian mencoba tapi gagal terus, akhirnya kamu memutuskan mengambil lilin di dapur dan daun pisang yang kering yang lain. Kamupun ikut mencoba menyalakan setelah eyel-eyalan cara yang benar untuk memulai menyalakan api pada tumpukan sampah. Sampai akhirnya, “yeey aku kan yang bisa nyalain” ujar mu saat itu Ran sambil tertawa.

“ini punyaku juga nyala,” kata Ian nggak mau kalah. Haha. Duh saat-saat seperti itu adalah saat yang paling berharga bisa ketawa-ketawa sama Ian. Ejek-ejakan. Eyel-eyelan. 

Saat kamu membaca ini masihkan kamu sering eyel-eyelan dengan si Ian, Ran? Atau dia sudah sibuk sendiri dengan teman-teman yang mulai beranjak Dewasa?

Satu tumpukan sampah teratasi, masih ada dua tumpukan sampah yang harus dibakar juga. Kamu dan Ian mencoba dengan cara yang sama untuk menyalakan api, tapi gagal terus sampai akhirnya Ian nyerah dan masuk rumah. Mungkin dia lelah, karena Ian puasa. Sementara kamu masih bersikukuh untuk membakar dua tumpukan sampah sendirian. Berulang-ulang dicoba tapi nggak nyala-nyala juga. Akhirnya kamupun ikut nyerah dan masuk rumah. Lelaaah.

Di dalam rumah, ibu lagi membuat kue semprit untuk lebaran di depan TV. Seperti biasa selain menonton TV menunggu untuk mandi, kamu juga melihat ibu mengadoni bahan-bahan kue. Ian juga di depan TV, galau memikirkan ‘nanti aku naik nggak ya?’ haha :D

Oiya hari itu adalah hari penerimaan raport. Kamu diminta bapak buat mengambilkan raport Ian. Jam 2 siang. Dan ini untuk pertama kalinya kamu mengambilkan raport si adek hehe.

Waktu jam mulai menunjukan pukul 12, kamu bergegas mandi. Seusai mandi, bapak minta di keroki. Ternyata bapak masuk angin. Selesai mengerokin, kamu siap-siap untuk ke SMP nya Ian. Nyetrika baju, dandan, dan cuuus pergi.

Kamu sampai di SMP tepat waktu, karena begitu kamu parkir di depan kelas pas banget waktu bu wali kelas masuk ke ruangan. Bergegaslah kamu ikut masuk ruangan, ternyata di kelas sudah penuh bapak-ibu orangtua siswa. Dan kamupun yang paling muda,,, kkk~ ‘jadi begini toh rasanya mengambilkan raport si adek’ ujarmu dalam hati.

‘Kok ini turunnya jauh sekali ya. Naik tapi turun’ Kata Bu guru waktu kamu maju ke depan untuk mengambil raport ian.

Seusai menerima raport, kamu bergegas pulang. Sampai dirumah Ian masih tidur dan kamu sibuk dengan grup chat yang membahas laporan PKPA. Ohiya ran, liburan kali ini mungkin bisa dibilang liburan yang paling nggak tenang. Karena ditengah-tengah liburan ini kamu dan teman-teman masih harus mengurus laporan PKPA, diskusi PKPA, belajar untuk ujian kelulusan belajar untuk tes toefl. Semua dealine itu adalah minggu pertama bulan Juli, sedangkan sudah dari minggu kemaren kamu dan teman-teman sudah mudik ke kampung halaman masing-masing dan kembali ke Jogja di awal Juli. Jadi mau nggak mau, belajar dicicil dari libur puasa ini dan laporan di bahas di grup whatsapp.

Rani, untuk semua deadline kegiatan itu kamu selalu mengatakan untuk dinikmati karena liburan ini adalah liburan terakhir diperkuliahan. Tahun depan sudah nggak kuliah dan nggak bakal ada dealine kuliah semacam ini. Deadline-deadline semacam ini bakal kamu rindukan tahun depan Ran. Huhu.

Saat kamu membaca ini, sudah kah kamu lulus Ran? Gimana, rindukah kamu pada tugas-tugas semasa kuliah? Adakah pekerjaanmu sekarang menuntutmu mencari jurnal sama seperti saat kuliah? Aku harap saat kamu membaca ini, kamu mendapati pekerjaan yang kamu idam-idamkan! :)

Malam makin larut Rani, dan suratpun makin panjang saja. Untuk selanjutnya aku singkat aja Ran,,, jadi singkat cerita di sore hari itu kamu tidur sebentar lalu dibangunkan ibu untuk menyiapkan minuman untuk berbuka. Setelah berbuka seperti biasa bapak ibu Ian mengambil posisi masing-masing di depan TV. Tiduran. Ohiya Hari ini adalah hari ulang tahun bapak. Nggak ada perayaan spesial, hanya kita bertiga (Ibu, Ian dan Kamu) mengucapkan selamat dan memberi doa yang terbaik. Tak lupa, cium kening bapak.

Sisanya, kamu melewati malam ini dengan menulis surat ini, menyelesaikan tantangan menulis.

Nah, Rani yang dulu sedang menulis surat ini di dalam kamar untuk Rani yang sekarang. Kalau Rani yang sekarang sedang apa kah? Bagaimana kabar Rani sekarang? Masihkan Rani yang sekarang memikirkan seseorang disana yang beberapa bulan ada dipikiran Rani yang dulu?


Saturday, June 17, 2017 1 komentar
Mengapa pantas untuk pasangan hidup yang baik?

1.      Karena bapak ibu adalah orang baik
Setelah semua pengorbanan dan contoh baik yang bapak ibu lakukan sedari aku kecil, mana mungkin aku mengenalkan pasangan yang tidak baik yang akan menemaniku kelak?  Bagaimana mungkin bapak-ibu melepaskanku pada orang yang tidak baik? Maka, aku butuh pasangan baik yang dapat meyakinkan bapak-ibu bahwa masa depanku juga akan berjalan dengan baik.

2.      Karena aku (mencoba) baik
Pikiran ‘aku belum cukup baik’ sering muncul ketika aku menemui orang baik diluar sana, baik secara langsung maupun tidak. Aku pikir baikku belum bisa seperti baiknya mereka. Tapi juga pikiran ‘setidaknya aku tidak punya niat seperti itu’ sering muncul ketika kujumpai orang yang ku rasa tidak cukup baik. Terlepas aku baik atau tidak di mata orang dan atas apa yang sudah ku perbuat selama ini, aku menginginkan orang baik untuk menjadi pasanganku kelak. Karena dalam diriku berkata, you deserve it Rani.

3.      Untuk kehidupan yang baik
Karena setiap orang menginginkan kehidupan yang baik, begitupun dengan aku. Setidaknya dengan pasangan baik, kita mempunyai tujuan yang sama untuk dapat menjalani kehidupan dengan baik bahkan ketika ada masalah.

Friday, June 16, 2017 1 komentar
Yang pengen aku temui akhir-akhir ini?


Girls’ Generation!!      



Karena, aku ngefans...

Karena, mereka sudah lama nggak comeback ...
Karena, aku nggak pernah ketemu mereka ... 
Thursday, June 15, 2017 1 komentar
Dari sekian banyak peristiwa yang berhubungan dengan orang lain yang berakhir dengan perdebatan dalam diri “Aduh! Malu! Harusnya aku nggak usah begitu tadi!” nggak seberapa dibanding dengan kejadian satu ini. Kejadian yang berhubungan dengan ujian pra-praktek saat kuliah. Sebenernya setiap kejadian yang memalukan selalu aku atasi dengan percaya pada quote “20 tahun dari sekarang, kau akan lebih banyak kecewa akan hal-hal yang pernah tak kau lakukan, ketimbang sebuah kesalahan (memalukan) yang pernah kau lakukan.”
Tapi berbeda dengan kejadian satu ini. Kejadian ini terjadi waktu ujian pra-praktek. Waktu itu ada soal perhitungan, aku berani bilang angka yang aku hitung dari perkalian dan penjumlahan saat itu tepat. Tapi sayangnya aku nggak berani bilang kalau angka yang aku tulis dilembar jawaban adalah angka hasil perhitunganku. Ibarat aku menghitung dengan tepat penjumlahan 3 + 5 = 8 tapi yang aku tuliskan dilembar jawaban adalah 15. Kesel.
 Sisa waktu yang tersedia saat itu sudah kugunakan untuk meneliti kembali hasil kerjakanku. Tapi sayangnya sampai waktu habispun angka 15 tak berhasil menyita perhatianku untuk diganti. Sampai akhirnya ketika diluar kelas, ketika ada yang membahas hasil jawaban soal, ada yang menyebutkan angka 8, sedangkan aku mulai menyadari kesalahanku. “eh?! aku nulis 15. Aku ngitung tadi bener 8 tapi kalo nggak salah aku nulisnya 15.” “eh? Aku salah nih?”
Lama setelah ber ‘eh-eh’ ria dan menyesali, akhirnya kata “aku malu sama diriku sendiri” terucap, malu karena gagal menjawab soal sederhana yang aku paham konsepnya tapi salah saat menjawab karena kurang teliti. Uh! Malunya tuh di diri sendiri! 
Wednesday, June 14, 2017 No komentar
“Mataku jadi sembab biasanya kalau gitu. Tiap malam ngalir gitu aja. Jadi nggak fokus.
Banyak ketawanya padahal sedih rasanya”
“Iya! Ngalir gitu aja. Tapi yang pasti kalau aku jadi males ngapa-
ngapain. Nggak semangat. Pengen nangis tapi nggak bisa”
“Nyesek. Gini banget ya kehilangan yang kita sukai? ”
“Terdengar berlebihan. Tapi kenyataan”
“Haha. Badai pasti berlalu”
“eh, tapi dulu aku pernah nangis marah gitu. Parah nyeseknya.
Untuk sesuatu yang bener-bener aku sukai, yang aku jaga”
“kali ini benda?”
“iya! Bandana yang aku beli udah dari lama. Bandana favorit. Patah dan
 nggak mungkin disatuin”
“I feel you. Akupun pernah begitu. Untuk sesuatu yang hilang karena keteledoran sendiri.”
“kalo bisa diulang pasti deh sebisa mungkin aku cegah buat kehilangan itu”
“let it go, toh tidak semua sebab yang meninggalkan akibat.
Lambat laun toh kita bisa mengatasi itu?”

“favorite!”
Wednesday, June 14, 2017 No komentar
            Dibanding adik dan bapak, jujur saja aku bukan orang yang telaten mengurus binatang. Hmm, tapi itu mungkin karena binatang yang di pelihara sejauh ini adalah ayam dan burung dara. Kan, bukan aku (cewek) banget! Pernah sih pelihara ikan, tapi itu juga karena kerjaan si kecil yang suka beli ikan di sekolahnya. Bermodal uang sangu yang nggak seberapa si adik bakal pulang dengan kantong plastik berair yang ada ikannya, kecil. Peliharaannya itu nggak bakal tahan lama. Karena tiap saat dilihatin, dikasih makan trus di pegang-pegang. Bisa ditebak? Ikan itu hanya bertahan beberapa hari, mati.
Nah kalo dikasih kesempatan bebas buat memelihara lima hewan yang ada di bumi ini, aku bakal pilih elang, burung kecil yang berwarna (apaan?), beruang, kelinci, dan kanguru! Aku pilih elang karena dulu waktu kecil setiap ke kantor bapak ada elang yg dipelihara dan itu selalu menjadi daya tarik anak kecil untuk melihatnya. Termasuk aku. Untuk burung kecil yang berwarna— yang akupun tak bisa menyebutkan apa karena tak tau jenis burung, rasanya seru melihat burung warna warni di kandang yang di dalam khayalanku adalah berupa taman yang di pagari. 
Sedang untuk beruang, aku hanya membayangkan seperti di novel The Golden Compass. Beruang yang berbadan besar itu bisa menggendong kita dipundaknya dan berlari kencang. Seru!
Sementara alasan untuk memelihara kelinci dan kanguru adalah karena mereka hewan lucu dan cocok diperlihatkan pada anak kecil. Kelinci, yang akan berlarian ke arah kita ketika kita membawa  santapannya. Dan kanguru, yang bakal lompat-lompat sambil mengantongi anaknya. 
Wednesday, June 14, 2017 No komentar
Panggilanku Rani, lengkapnya Anggraeni Dwi Wijayanti. Akun sosial mediaku Rani Wijaya. Bicara panggilan, mereka yang mengabsenku dengan nama Anggraeni selalu mengerutkan kening ketika ku jelaskan panggilanku Rani. "Harusnya Raeni," kata mereka. Bicara akun media sosial, ada yang pernah mengatakan Wijaya yang ku gunakan pasti berasal dari nama Prabu Wijaya, nama pemeran di sinetron Putri Yang Ditukar —saat itu sedang hits. Kenyataannya, namaku memang ada Wijayanya. Bicara wajah, pernah ada dua orang yang memanggilku Diah dan langsung mengajakku bicara. Saat itu, giliran aku yang mengerutkan kening. Ternyata mereka mengira aku Diah, kakak kandungku. Empat setengah jam yang lalu, saat aku berburu minuman untuk berbuka, aku bertemu dosen di jalan dan beliau mengatakan, "Diah ya?" —beliau pernah mengatakan wajahku seperti Diah, kakak tingkatku. Segera ku jawab, "Bukan Bu, saya Rani".
Sunday, June 11, 2017 No komentar
Tulisan ini adalah lanjutan dari cerita edisi semarang yang telatnya pake banget. Bangetnya karena ditulis setelah meninggalkan semarang haha. Ditulis karena ada event #menulisrandom2017 :D.
Nah sebelum sebelum semakin telat, mood hilang dan kantuk menyapa, cuslah yuk menuangkan memory dalam tulisan! :D

Jadi cerita ini adalah semacam kisah sedih bahagia di Hari Minggu karena akhirnya saya dan teman-teman menyusuri wisata terkenalnya Semarang. Tepat di Hari Minggu kedua kami memutuskan untuk mengunjungi Lawangsewu, Sam Poo Kong, dan Maerokoco. Awalnya kami juga ingin ke Masjid Agung Semarang tapi berhubung google maps mengatakan kalau Masjid Agung Semarang itu jauh dari lokasi pertama kita, Lawangsewu, maka kami memutuskan mencancel agenda ke sana. Sebagai gantinya kami memilih untuk ke Maerokoco.

Kami pergi mengandalkan google maps. Perjalanan kami sepanjang hari itu alhamdulilah lancar-lancar saja, tidak ada yang terpisah jauh seperti minggu sebelumnya. Mungkin karena faktor waktu, siang hari, jadi lebih mudah untuk mengekor teman yang di depan.

Lokasi Lawangsewu nggak begitu jauh dari lokasi kos kami. Ada di perkotaan, Tugumuda. Lokasi yang mudah ditemui. Cukup banyak wisatawan yang berkunjung ke sana, menginat saat itu hari Minggu jadi cukup banyak pengunjung wisatawan. Tiket masuk kesana masih terjangkau, yaitu Rp 10.000.

Kalau dari namanya, Lawangsewu kan identik dengan kesan horor. Tapi nyatanya waktu itu nggak ada tuh kesan horornya. Mungkin karena siang kali ya juga ramai, jadi nggak terlihat kesan horornya. Yang ada malah saya excited banget bisa ke lawangsewu. Hihi

Ohiya, Lawangsewu lebih terlihat seperti bangunan lama yang terawat. Bangunan tinggi dengan pintu-pintunya yang tinggi besar dan banyak. Nggak semua bangunan kami masuki saat itu karena disalah satu bangunan kami sudah sibuk dengan foto-foto dan itu menghabiskan banyak waktu. Terlebih cuaca saat itu terik. Jadi kami hanya sekitar satu setangah sampai 2 jam disana.

FOTO

Setelah lelah berfoto-foto kami memutuskan ke tempat tujuan berikutnya, yaitu... tempat makan!! Haha. Karena jam sudah semakin siang dan perut semakin keroncongan kami memutuskan untuk cari tempat makan buat mengisi amunisi. Dan pilihan jatuh ke warung SS (nggak semarang nggak jogja pilihannya sama aja! ;p)

Setelah dirasa cukup untuk menge-cas energi, kami melaju menuju tempat berikutnya yaitu Sam Poo Kong!! Sebuah klenteng, tepat persembahyangan agama budha. Lokasi Sam Poo Kong juga tidak begitu jauh. Pun sama dengan suasan di Lawangsewu, ramai dengan wisatawan lain.

Berada di Sam Poo Kong ini berasa lagi di negeri tirai bambu dan negeri gingseng. Bangunan khas negara china banget, identik warna merah. Sedangkan kalau dilihat dari bentuknya 11 12-an sama kerajaan korea yang di drama-drama. Jadi kesimpulannya main ke Sam Poo Kong ini seperti melihat langsung kerajaan China ataupun Korea :D sayangnya nggak ada aktor yang main disitu (yakalik!) haha. Tiket masuk disana Rp 8.000, itu harga weekend orang dewasa. Kalau hari biasa lebih murah.

Buat mencari spot foto dengan latar belakang hanya klentengnya cukup sulit, mengingat banyaknya wisatawan yang juga berfoto seperti itu. Jadi bener-bener harus pinter mencari celah gimana caranya biar foto di Sam Poo Kong terlihat sepi tanpa wisatawan lainnya.

Waktu kami kesana, ternyata ada bonus pertunjukan barongsai. Ntah pertunjukan itu ada setiap hari atau di hari-hari tertentu tapi yang pasti pertujukan itu agak berhasil menarik perhatian orang-orang untuk berkumpul melihatnya dan membuat latar belakang foto menjadi agak sepi. Hihi.

FOTO


*bersambung* 
Saturday, June 03, 2017 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me


Halooo! Aku Rani~ Blog ini hanya berisikan cerita sehari-hari, ambil yang baik-baiknya aja yaaa, karenaa... .

“We write to taste life twice, in the moment and in retropect.” Anais Nin

:)

Follow Me

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2017 (29)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ▼  June (8)
      • [Writer Challenge] 7: Untuk Ku, Dari Ku 2
      • [Writer Challenge] 6: Mengapa Yang Baik?
      • [Writer Challenge] 5: Day 5
      • [Writer Challenge] 4: Malunya Tuh Di Diri Sendiri
      • [Writer Challenge] 3: Hilang
      • [Writer Challenge] 2 : Pets
      • [Writer Challenge] 1: Bukan Raeni, Apalagi Diah.
      • Edisi Semarang: Hari Minggu Kedua
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (4)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ►  2014 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  August (4)
    • ►  July (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  August (6)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  February (2)

Popular Posts

  • Bahasa Jawa Dalam Percakapan
    Saya bukan orang yang pintar berbahasa jawa. Saya lagi belajar, memperlancar. Postingan berbau bahasa jawa ini saya ambil dari ucapan seh...
  • Kulo Dereng Saget
    Dulu, beberapa kali bapak pernah bilang “sekarang kalo ngomong pake bahasa jawa. Masak orang jawa nggak bisa bahasa jawa. Masak tingga...
  • Hadapi Skripsi
    Jadi, beberapa hari yang lalu ibu cerita kalau anak temannya ibu lagi punya masalah terkait skripsi. Anaknya cewek, nangis terus, emosian,...
  • SINAU JOWO: BERBAUR DENGAN BAHASA JAWA
    Halo... Sudah lama aku pengen nulis tentang bahasa jawa yang sekarang lebih sering ku gunakan, mau tidak mau, suka tidak suka, karena terk...
  • My Chinese Name
    Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani. Apa kabar? :) nama saya adalah rani . Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bah...
Powered by Blogger.

Created with by ThemeXpose