instagram twitter
  • Home
  • Thoughts
  • Hobby
    • Books
    • Experience
    • Traveling
  • About
  • Contact
  • Creations

Rani Wijaya

“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.” ― Anaïs Nin

Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani.
Apa kabar? :) nama saya adalah rani
.
Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bahasa mandarin selama 5 pertemuan terakhir ini. Yap, ini belajar bahasa mandarin hihi. Belajar bahasa mandarin kali ini di sponsorin oleh fakultas tercinta. Gratis!! :)

Kursus seru ini bermula dari info di sebuah dinding informasi di kampus. Awal lihat tawaran kursus gratis bahasa mandarin ini waktu masih semester 4. Pertama lihat, langsung tertarik buat ikut. Tapi apa boleh buat, jadwal saat itu bentrok dengan jam kuliah  :( Terpaksa dengan hati yang terseret-seret *berat hati* tawaran itu dibiarkan berlalu. Tanpa menghubungi nomor yang tersedia.

Semester 4 berakhir, tiba waktunya krs untuk semester 5. Nah! Di sinilah keberpihakan muncul. Ternyata, saya mengambil mata kuliah yang ternyata dosennya membawa berita. Berita tentang ‘siapa yang mau ikut kursus bahasa mandarin? Gratis!!’

Well, ini yang pernah dilewatkan!! Ternyata tawaran itu masih berlaku. Iklan kursus bahasa mandarin khusus untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah dosen tersebut terjadi di akhir kuliah. Walaupun sebenarnya info sudah dipasang di papan pengumuman juga dan kami berniat untuk menghubungi nomor yang tersedia.
Tawaran disampaikan, selembar kertas pun akhirnya terisi oleh nama mahasiswa yang ingin belajar mandarin. Begitupun dengan nama saya, ADW.

Kelas pertama dimulai pada waktu hari kamis, 4 September 2014. Kelas ini sengaja dibuka untuk menemukan siswa berbakat (bahasa mandarin) yang nantinya akan direkomendasikan untuk melanjutkan S2 nya di Guangxi medical university.

Diajar kan langsung oleh native speaker kami yang kece,  berasal dari China, ma ligang. Seorang muslim yang memiliki nama islam issa yusufu.
Pertemuan perdana dengan issa lao shi membuat semua tertawa. Belajar vokal china ternyata susah-susah mudah. Membedakan bunyi ci xi si shi, yang ngebuat lidah kepuntir-puntir *jawa tulen*.

Kesan pertama ikut kelas ini adalah SERUU!! Berhasil nggak berhasil nanti buat nembus S2nya yang penting nambah pengetahuan bahasa itu ternyata seruu, mungkin karena selama ini berkutat dengan makul farmasi terus. Jadi bahasa mandarin ini semacam refresing buat otak :)

Sampai kelima pertemuan ini yang di adakan tiap senin dan jumat sudah membuat saya mengerti angka, hari, bulan, dll dalam bahasa mandarin.

Satu hal penting yang dulu menjadi pertanyaan saya akhirnya kejawab di kelas ini. Dulu sempet baca tulisan berita yang menginfokan pemerintah menghimbau untuk penyebutan orang China sebaiknya menjadi tiongkok. Why?  Saya juga nggak gitu tau. Karena memang tidak dijelaskan alasannya. Tapi barusan browsing, ternyata alasannya ini.

Nah waktu pertemuan keberapa gitu *lupa*, issa lao shi bilang kalau di china itu penduduk menyebut orang china dengan tiongkok. Tiongkok artinya orang China. Waktu tau artinya jadi manggut-manggut. Ohhh~

Lain lagi di pertemuan kelima kemarin, di pertemuan kelima itu kami di beri nama mandarinya oleh issa lao shi. And, my chinese name is an ge la.  An ge la ini bacanya bukan anjela. An ge la di china dibaca hampir sama seperti indonesia. Terutama ge. An ge la nama saya didapat dari Anggraeni. Anggra nya.
Di china tidak ada pengucapan ra, yang ada la. Jadi nama saya menjadi an ge la. Kalau rani dalam bahasa China menjadi la ni.

Waktu di beri nama mandarin satu-satu oleh issa lao shi, seisi kelas tertawa. LUCU. Apalagi waktu nama saya menjadi an ge la. Ketawanya nggak kalah keras, pun dengan saya~~~~ kkkk~~~



salam,
an ge la :D
Friday, September 26, 2014 No komentar
Bukan kabar gembira untuk kita semua ((nyanyiin ala ekstrak kulit manggis))

Dari jaman baheula Jogja dikenal dengan Kota Pelajar atau Kota Gudeg tapi akhir-akhir ini Jogja ((lagi)) dikenal dengan kasus menggemparkan.

Seseorang ditahan 2 hari karena kicauannya. Semua pasti tahu kicauan kasar dimedia sosial yang menghina kota Jogja.

Kicauannya membuat masyarakat penasaran siapa pemilik akun media sosial tersebut— yang digunakan untuk berkicau dan adalah mahasiswi salah satu perguruan ternama di jogja yang sedang menempuh pendidikannya.
Dari kasus itu benar-benar memberi pelajaran tersendiri. Walaupun, menurut pengakuannya, si mbak tidak membawa-bawa nama kampus tapi begitu masalah menjadi heboh nama kampus atau nama sekolah juga yang dipertanyakan.
"lulusan mana?" "orangtua siapa?" "orang mana?"
Ketiga jawaban dari pertanyaan itu memang tidak tahu apa-apa tapi yang jelas ketiga jawaban dari pertanyaan itu juga kena imbasnya.
Sadar atau enggak,
Seseorang selalu menyandang status itu. Membawa nama itu. Selalu mewakili sekolah, orangtua dan daerah.
That's why saat kelulusan dari suatu lembaga pendidikan guru/dosen selalu mengingatkan "jaga nama baik almamatermu nak!"
Karena,
Betapa semua akan tercoreng ketika yang mewakilinya merusaknya dengan ulahnya sendiri.
Semua kejadian ada hikmahnya.
Ya, dan termasuk kejadian di atas. kejadian itu mengingatkan untuk tidak sembarangan berkicau di medsos yang sekiranya menyakiti banyak pihak atau berkicau yang mempertanyakan diri sendiri.
Kicauan menggambarkan diri pengkicau, kan? 
Mungkin dari kasus tersebut tidak di limpahkan ke meja hijau lebih lanjut, tapi kasus tersebut pasti terkena hukuman sosial. Orang-orang akan mengingat siapa dia dan itu lebih menyakitkan.
Sebagian orang mengatakan "cuma masalah gini aja di besar2 kan?!" dan jawabannya adalah segini itu seberapa? tidak penting masalah itu segini atau segitu. Yang lebih penting adalah ketika membiarkan orang-orang mengumpat menyakiti banyak pihak.
Bila kebiasaan mengumpat didiamkan maka seiring waktu tidak menutup kemungkinan masyarakat menganggap mengumpat menjadi hal yg biasa. Akibatnya rasa toleransi akan semakin memudar dan mungkin saat itu manusia sudah bukan makhluk sosial lagi melainkan makhluk indivual.
Membayangkan rasanya ngeri. Membayang manusia akan saling acuh ketika setiap orang mengumpat.
Banyak orang yang marah akibat kicauan itu setidaknya membuktikan bahwa masyarakat masih menjunjung nilai ketoleransian —mempertanyakan ketoleransian seseorang.
Biarkan lah kejadian ini menjadi pelajaran buat semua pengguna media sosial. Bahwa kebebasan bukan berati menjelekan suatu pihak dan ingat bahwa dimana pun keberadaan seseorang selalu mewakili kampus, keluarga dan daerah.
*Noted to Self*


Monday, September 01, 2014 No komentar
Klik.

Seperti biasa alunan lagu Gee milik Girls’ Generation mengalun, salah satu girlband ternama Korea yang banyak digandrungi peminat musik K-pop, Fara salah satunya. Gadis belia yang namanya tercatat dalam salah satu SMA swasta bergengsi di Jakarta.

Suka sama mereka bukanlah tanpa alasan bagi Fara tapi bukan berarti mudah membeberkan alasan kecintaannya pada girlband ngetop tersebut pada sebagian temannya. Banyak yang mempertanyakan mengapa ia menjatuhkan pilihannya pada girlband papan atas itu.

“Kenapa lo suka mereka sih Far? Lo kan cewek, harusnya lo suka Super Junior. Cowok-cowok yang kelewat ganteng,” ucap Dina, sahabatnya, sambil sekilas memperlihatkan sebuah foto ke Fara lalu sedetik kemudian memajukan bibirnya, mencium-cium cowok yang ada di foto itu, siapa lagi kalau bukan Siwon, anggota Super Junior.

“Nah! Itu-tu yang bikin gue nggak mau ngefans sama boyband,” tunjuk Fara ke arah Dina saat menciumi handphonenya sendiri, “gue nggak mau jadi kelihatan gila dimata orang. Nyium HP yang jelas-jelas benda mati,” balas Fara kejam. Tapi sekejam-kejamnya jawaban Fara pasti dilanjutkan dengan tawanya, “hahahaha... see? Cukup lo aja yang jadi gila gitu. Gue mah ogah!”

“huu.. rese’ lo!!” Dina mengalihkan pandangan dari handphonenya,  menatap Fara. Tak mau kalah, Dina pun menatap kejam Fara. Siap menyerang, “lo itu juga kelihatan gila tau! Lo cewek, kalo lo normal harusnya lo sukanya sama cowok. Bukan sama mereka!” tunjuk Dina berapi-api pada sebuah poster berukuran A3 yang tertempel di dinding kamar Fara, poster Girls’ Generation. Sebuah poster yang menampilkan sembilan cewek berparas sempurna. Kakinya yang panjang dan tubuhnya yang ramping dibalut jelana jeans panjang dan kaos putih. Sangat sempurna bagi cewek-cewek yang mengidamkan tubuh ideal, setidaknya itu yang dipikirkan Fara.

BUK!!!

Sebuah bantal kecil menimpa tubuh Fara. Ya, Fara sengaja melemparkannya, “yee lo juga taukan kalo gue normal, buktinya gue masih jalan sama Ari. Lo ah! Basi tau alasan lo buat bilang gue nggak normal. Ini Cuma ngefans keles,” ucap Fara menirukan sinetron di TV, “jangan kira cinta ke-ngefans-an itu layaknya cinta seorang kekasih. Basi lo ah,” merasa menang dengan jawabannya Fara pun menjulurkan lidahnya ke arah Dina lalu disusul dengan tawanya.

Bagi Fara ada alasan kuat mengapa dirinya menjadikan Girls’ Generation sebagai idolanya selain karena kekompakan, kekonyolan dan suara mereka yang apik. Alasan terkuat itulah yang tidak bisa disampaikan langsung kepada orang sebelum ia membuktikannya. Alasan itu adalah kesempurnaan tubuh seluruh anggota Girls’ Generation. Ya, Fara ingin memiliki tubuh layaknya Tiffany cs itu. Tubuh yang ideal.

Badan Fara memang termasuk jajaran orang yang memiliki index BMI 28, overweight. Jauh dari kata ideal. Berangkat dari cermin yang selalu memantulkan tubuh tambun itulah kini Fara berada, menjatuhkan pilihan tubuh ideal pada Girls’ Generation. Fara memasang poster girlband tersebut di kamarnya karena ia sepaham dengan anjuran Rhonda Byrne dalam bukunya The Secret untuk sering-sering melihat foto sesuatu yang diinginkan, agar cepat lebih semangat untuk mendapatnyakannya.

Untuk merealisasikan itu semua Fara melakukan banyak perubahan, dari gaya hidup sehat sampai rutin berolahraga. Bagi Fara yang menyandang status pelajar SMA yang mengharuskan dirinya sampai di sekolah jam 7 sangat sulit untuk olahraga dipagi hari. Oleh karena itu Fara hanya memulai usahanya dengan lompat tari di halaman rumahnya.

Fara yang sudah menjalani satu bulan kegiatan lompat tali ini berhasil membuat lengan tangannya menjadi lebih kencang. Timbunan lemak dalam lengannya berkurang karena ayunan tangannya dalam menngerakan tali. Walaupun index BMInya masih berkisar di range overweight tapi bagi Fara ini adalah salah satu kemajuan.

Hap. Hap. Hap.

Setiap jam lima pagi pasti sudah terdengar bunyi hentakan tali yang menyentuh semen teras Fara. Juga efek getaran tanah dari tubuhnya yang lompat-lompat. Dari gaya bebas, gaya satu kaki, gaya lari ditempat sampai gaya kupu-kupu sudah dicobanya. Dua bulan menjalani lompat tali rupanya membuat Dina cukup iri dengan perubahan tubuh Fara.

“ajarin gue yang gaya kupu-kupu yah. Biar selain tubuh gue kenceng kayak lo, gue juga bisa pamer sama adek gue kalo lompat tali itu juga ada yang gaya kupu-kupu. Nggak cuma renang,” timpal Dina suatu hari.

“gampang, lo cuma perlu ngelilitin tali di tangan terus pindahin itu tali di atas kepala lo,” ucap Fara menjelaskan tanpa tali di tangannya.

“pake tali dong ngejelasinnya,” Dina melemparkan tali pada Fara.

Tanpa banyak bicara lagi Fara menangkap tali itu lalu hap hap hap. Fara mempraktekan lompat tali gaya kupu-kupu, “lo perhatiin ya,” Seperti sudah ahli Fara berlompat-lompat sambil bicara dan mempraktekan persis seperti yang ia katakan pada Dina, “asal lo tau ya Din, alasan terbesar gue ngidolain Girls’ Generation itu sebenernya karena gue pengen punya badan kayak mereka,” terang Fara setelah cukup yakin perubahan kecil pada tubuhnya dapat memberikan bukti kalau dirinya sungguh-sungguh, “sempurna. Ideal.”

Mata Dina terbelalak, kaget. “huahahaha,” responnya.

“lo boleh ketawa tapi lihat dong ke-ngefans-an gue membuahkan hasil. Lihat nih lengan tangan gue,” Fara menyudahi lompat talinya, berubah memperlihatkan lengannya yang kini tampak lebih kecil tanpa timbunan lemak.

Dinda menghentikan tawanya, “iya gue akuin hebat sih lo. Lo kelihatan lebih fresh dibanding kemarin. Lo juga jadi suka dandan,”tunjuk Dina pada wajah Fara, “ini juga karena lo ngefans?” tanyanya.

Fara tersenyum mengiyakan.

“gue akuin lo keren,” puji Dina, “dengar ya, gue bakalan ngidolain Girls’ Generation juga kalo lo beneran bisa kayak mereka.”

Kini gantian Fara yang terbelalak kaget, “oke! Beneran lo ya. Janji?” Fara mengangkat kelingking tangannya. Meminta perjanjian.

“iya,” seru Dina mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Fara, “tapi gue nggak yakin lo bisa.” Ucapnya meremehkan.

“lihat aja besok,” jawab Fara santai, “mulai besok gue mau daftar nge-gym dan jogging tiap hari,” Fara mengedipkan matanya yang disusul dengan tawanya, “lo bakal kalah, gue jamin. Gue siapin deh poster Girls’ Generation buat dipasang di kamar lo juga.”

“terserah lo Far, tapi gue yakin lo nggak mampu,” ucap Dina sambil melempar sandal ke arah kaki Fara. Menutupi keraguan dalam jawabannya sendiri.

***
Diikut sertakan dalam #deskripsikeringat @KampusFiksi.
935 kata



Sunday, August 31, 2014 No komentar
Kamera? Di jaman sekarang ini keberadaan kamera sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Kemana pun kita berada pasti selalu ada kamera. Nggak percaya? Coba tengok ponsel kita. Aplikasi kamera pasti ada.

Narsis ataupun tidak narsis, hari gini, kamera sudah bukan hal yang di anggap mewah lagi. Well, beda sih kalau kita bicara kualitas kamera –bukan ini yang mau dibicarakan. Karena berbagai produsen ponsel kini tengah gentar berusaha memuaskan keinginan konsumen salah satunya dengan adanya kamera, dari ponsel menengah ke bawah sampai yang ke tingkat “dewa”.

Adanya kamera memungkinkan kita mengambil setiap moment yang terjadi di sekitar kita, sigap setiap saat. Jepret sana sini sampai tidak terasa memory di ponsel atau camdig kita habis. Biasanya nih ya kalau memory udah habis dan apesnya terjadi saat masih banyak moment yang ingin difoto alias naluri kenarsisan belum mereda maka dengan buru-buru kita menghapus simpanan foto di galeri. Dilihat satu persatu sampai akhirnya, moment yang dulu belum sempat dicetak terhapus. Sayangkan.

Ah ini jelek, hapus!

Ini juga, hapus!

Ini apalagi, Cuma pemandangan, hapus!

Ah pose kayak gini besok bisa foto lagi, hapus!

Atau saat memory ponsel penuh, kita pindahkan semua foto ke laptop kita. Dan kita biarkan foto itu berjamur di laptop. Iyakan? Begitu seterusnya kita lakukan sampai memory di laptop pun ikutan penuh. Nah lo...

Sebenernya sayang banget foto yang sempat diambil belum diabadikan. Esensi foto jadi berkurang rasanya karena selama ini sering foto-foto dan hasilnya cuma bakal diupload di media social. Atau mungkin malah nggak diupload? Nah kan...
Kalau orang jaman dulu begitu foto-foto dan rol film yang digunakan sudah habis maka dengan segera akan mencetak itu foto untuk dilihat hasilnya. Karena memang itu satu-satunya cara. Hasil cetak foto tersebut selanjutnya disimpan di album, disimpan bertahun-tahun ke depan bahkan berpuluh-puluh tahun. At least buat kenangan saat kita sudah punya cucu.

Adanya laptop bukan berati nggak bisa disimpan bertahun-tahun tapi ya itu esensinya berkurang lagi. Mungkin, karena begitu kita foto dan hasilnya dapat langsung dilihat akhirnya membuat keinginan kita buat mencetak foto jadi berkurang. Atau mungkin karena kita terlalu sering berfoto jadi buat apa dicetak?

Cetak foto bukan berati lantas mencetak semua pose selfie kita, mencetak foto lebih kepemilihan foto kebersamaan seperti saat piknik, atau yang lain. Ada sih yang tetap cetak foto tapi kebanyakan itu yang foto di studio atau yang pakai jasa fotografer. Sebut saja pas foto, foto wisuda, foto pernikahan. Kalau foto piknik atau foto yang berbau kebersamaan lebih jarang, karena kebanyakan cuma diupload di facebook. Atau tersimpan rapi dalam sebuah folder.


Dari pemikiran itu saat melihat kumpulan foto di laptop terlebih saat mudik lebaran kemarin menemukan album foto jaman sd, akhirnya sebuah eksekusi muncul “Aku mau cetak foto!!”

Lihat foto-foto lama yang bisa dibawa kemana-mana tanpa beban berat (nyindir foto yang di laptop :p) itu ternyata mengasyikan! Setiap foto yang dilihat menumbuhkan kembali ingatan yang bahkan sudah terjadi puluhan tahun silam. Seperti terjun kemasa lalu, tiap lihat foto pasti bilang “ah! Ini waktu ini, waktu itu, waktu..”

30 oktober 1999. Ini foto di ambil dirumah tetangga,rumah anak kecil yang pakai baju garis-garis. Waktu itu saya ulang tahun ke 6. Ingat sekali, dulu selesai difoto dengan pose ini kepala saya dipukul pake baterai sama itu anak. Haha nggak ada keterangan peristiwa pemukulan itu tapi tiap melihat foto ini rasanya langsung kembali ke jaman itu dan pukulannya masih terasa, PLAAK!!

“bagaimana aku akan menunjukan kenangan mudaku pada anak atau cucuku kelak? Masa kecilku banyak berjejer foto-foto tapi saat aku beranjak dewasa? #cieleh masa cuma ada di laptop ajaaa?! ”

Nggggg

Emmmm

Hmmmm

akhirnya.....................

TARRA!!!
Foto yang tercetak sudah disimpan di album :)
Nggak ada salahnya kan kita menyimpan kenangan kita dalam sebuah album foto real, yang tercetak. Yakin lah, selain tulisan, keberadaan foto selalu menyimpan kenangan tersendiri^^
Friday, August 22, 2014 No komentar
Agenda sabtu tadi ini adalah reuni kecil-kecilan. Tapi nggak tau mimpi apa semalem bisa-bisanya hari ini dapet surprise waktu jaga pagi di apotek.


Jadi cerita nya tadi waktu ngambilin sampah di apotek— shif pagi– liat ada orang gila—keliatan dari bajunya– dari arah utara. Kebetulan tu orang gila juga ngelihatin, jadi secara langsung kita pandang-pandangan :(

Sadar kalo orangnya ngelihatin jadilah buru-buru lari ke dalam apotek, takut!
berharap orang gilanya bakal cuma lewat depan apotek.


Tapi,

1 menit berselang...

KLEK! *pintu apotek kebuka*

Here we go

OG : mbak ini apotek ya?

me : iya *mikir : kalo bisa tanya berati nggak gila*


OG : ...... 

me : .....


OG : ini dimana mbak?

me : wonosari, jl wonosari

OG : .... *diem liatin poster obat*

me : gimana? *mendekat, lalu mundur perlahan begitu liat barang mencurigakan ditangannya — kalo nggak salah benda tajam*

OG : blablablabla?

me : apa? *semakin menjauh*

OG : blablabla?

me : apa?

OG : ogatau ya mbaknya

me : ...... *kedepan pintu, siap-siap lari, takutnya bukan main*

OG : aku mau nimbang ya mbak

me : iya!

OG : *berdiri di atas timbangan sambil liatin poster obat*
me : *di depan pintu, 1,5 m dari orangnya.*


OG : .....
me : .....
OG : ....
me : .....


15 menit kemudian

OG : udah mbak *turun dari timbangan, liat angkanya* berapa mbak?

me : *masih 1,5 m jauhnya* ngggg... 40

OG : oooya, udah ya mbak *keluar apotek, duduk di depan apotek!! :((*

me : *narik kursi ke depan pintu, duduk. Masih siap2 buat minta tolong.

OG : *ngerokok, ketawa sendiri*

me : *hopeless*:(
Saturday, August 09, 2014 No komentar

Ketakutanku kali ini benar-benar menyeruak perlahan dari dalam. Aku sangat takut. Seolah aku ingin menangis, membayangkan negeriku tercinta ini. Tolong. Jangan rampas negeri ini, jangan rampas kekayaan negeri ini dengan harta mu yang bahkan sekejap dapat habis. Jangan serahkan Indonesia pada bangsa asing. Jangan biarkan Indonesia dijajah pelan-pelan...
...
...
...

Friday, August 01, 2014 No komentar
Pernah baca di postingan orang kalau di Bulan Juli 2014 ini ada 3 moment besar yang ditunggu, yaitu juara piala dunia 2014 yang diadakan di Brasil, Pemenang pilpres untuk periode 2014-2019 dan Lebaran. Hmm dan itu memang benar adanya. Piala dunia sendiri per tanggal 14 sudah di dapatkan sang juara yaitu Timnas Jerman yang berhasil mengalahkan Argentina dengan skor 1-0 saat perpanjangan waktu. Sedangkan lebaran –idul fitri 1435 H akan dirayakan pada tanggal 28-29 Juli. Feel menunggu lebaran tiba bukan seperti menunggu siapa yang menang atau yang kalah, waswas, seperti menunggu juara piala dunia atau pemenang pilpres. Menunggu lebaran tiba itu mungkin lebih seperti menunggu kemenangan masing-masing pribadi, kemenangan untuk kembali ke fitrah.  Tidak akan ada yang merasa kecewa dengan kemenangan orang lain karena masing-masing orang akan merasakan kemenangannya sebagai sesuatu yang layak didapatkan setelah beribadah penuh dalam bulan ramadhan.

Berbeda dengan menunggu tibanya hari kemenangan idul fitri, dalam pemenangan pemilihan presiden 2014 proses menuju pengumumannya diliputi  saling was-was antar pendukung. Tidak terkecuali saya.

Seperti yang diketahui pemenangan presiden RI periode 2014-2019 sudah diumumkan kemarin, 22 Juli 2014 pukul 20.00. Dan pasangan Jokowi-JK akhirnya mendapatkan mandat istimewa ini untuk periode 5 tahun kedepan. Selamat Bapak! :)

Sebagai orang yang baru pertama kali mencoblos dan ternyata pilihannya kalah itu cuma bisa batin, “oh! Ternyata gini rasanya nyoblos dan pilihannya kalah” juga “oh! Ini tah yang namanya pesta demokrasi?” juga “Oh! gini suasana haru biru setelah pengumuman presiden” juga “oh! Ternyata suasana setelah pengumuman pilpres tetap dapat terkendali, hebat!” juga “oh! Pak SBY sudah mau pensiun sebagai Presiden RI setelah 10 tahun menjabat, gimana perasaannya ya?”  juga “oh! Pak Jokowi, yang dulu nonton OVJ di Solo tapi nontonnya lesehan berhambur dengan masyarakat, akhirnya jadi presiden.” Juga “Oh! Pak Jusuf Kalla kembali menjadi wakil presiden setelah sebelumnya berpasangan dengan Pak SBY di tahun 2004-2009” juga “oh! Pak Prabowo tetap berhasil mengendalikan pendukungnya untuk menjaga suasana yang tidak rusuh.” Juga “oh! Pak Ahok akhirnya jadi  gubernur kece Jakarta.” Dan Oh! Oh! Yang lain.

Yang pasti selamat buat Pak Jokowi-JK. Semoga amanah, semoga bisa membawa Indonesia yang lebih baik, lebih dihargai oleh bangsa lain, semoga tetap menjadi pemimpin yang sederhana seperti yang saya tau pertama kali. Dan karena bidang saya kesehatan maka pesan khusus saya :D semoga kesehatan masyarakat Indonesia semakin baik dengan perbaikan segala penunjang kesehatan, baik terhadap pelayanan maupun tenaga kesehatan itu sendiri.

Salam Sehat Pak Jokowi-JK.

Salam Persatuan Indonesia.
Thursday, July 24, 2014 No komentar
              Mudik yang paling berkesan? Hmm... sekaligus yang paling berwarna? Hmm... oke, mari dimulai.
            Mudik ini terjadi 12 tahun silam. Waktu masih bocah SD. Masih imut-imut. Memang kalau disuruh menceritakan urut sedetail-detailnya agak sulit, maklum karena sudah berumur lama banget. Tapi sebagian kejadian-kejadian yang berkesan masih terekam jelas di ingatan. Mudik 12 tahun silam kala itu berute Makassar- Madiun- Purworejo, Jawa Tengah. Rencana mudik saat itu adalah dengan menggunakan pesawat.
            Pesawat yang ditumpaki bukan pesawat komersil yang seperti Kamu bayangkan. Iya Kamu. Pesawat yang ditumpangi yaitu pesawat hercules. Buat yang belum tau apa itu pesawat hercules silahkan searching, tapi sebagai gambaran saja saya jelaskan sedikit. Iya sedikit aja, nggak usah banyak-banyak. Pesawat hercules adalah pesawat militer. Pesawat besar yang warnanya hijau tua. Biasanya pesawat digunakan untuk kepetingan militer seperti mengangkut pasukan militer, tapi kadang ada saatnya keluarga militer bisa ikut menumpangi bila rutenya sesuai.
Kebetulan saat itu karena beberapa kali ada pesawat hercules yang menuju Madiun si ibu mulai mengurus ini itu buat mudik dengan hercules. Runtut cerita, tibalah hari keberangkatan. Saat itu pukul lima pagi. Saya, kakak, adik dan ibu menuju tempat pemberangkatan. Sesampainya disana sudah banyak orang yang juga ingin mudik dengan hercules. Tiga puluh menit kemudian nama-nama yang keangkut pesawat hercules tersebut dipanggil. Orang-orang yang namanya dipanggil selanjutnya berhak menuju pesawat. Nama ibu saat itu ternyata tidak dipanggil, padahal ibu yakin sebelumnya namanya sudah ada di kertas. Ibu kaget, kecewa. Sedangkan kami, anak-anaknya, hanya bisa bertanya “kenapa bu? Kok kita nggak jalan ke pesawat?” saat yang lain sudah berjalan menuju pesawat.
            Merasa ada yang nggak beres, ibu pun saat itu menuju sang petugas. Bertanya, sampai akhirnya sang petugas pun berkata “ Ya Bu segera menuju pesawat. Sepuluh menit lagi pesawat terbang”. Tanpa banyak bicara ibu pun akhirnya berlari menuju ketiga anaknya, “cepat, cepat yuk pesawatnya bentar lagi terbang”.
            Ingat sekali dulu kami berlari-larian ke pesawat, nggak ada waktu buat ngeluh “pelan bu”. Kami berlari-larian dengan tas-tas yang besar. Karena merupakan orang yang terakhir naik ke pesawat, kami mendapati bagian pesawat belakang. Jangan dibayangkan bagian pesawat belakang hercules itu seperti pesawat komersil yang terdiri dari banyak tempat duduk karena bagian pesawat belakang adalah ekor. Bagian ekor yang bisa terbuka. Merupakan ruang luas tanpa kursi. Ruang luas belakang hercules itu jangan dibayangkan bisa digunakan untuk duduk. Jangankan duduk, untuk berdiri saja kami harus di pinggir. Ruang luas bagian belakang saat itu sudah di isi oleh mobil. Iya mobil beneran bukan mobil tamiya.
            Saat itu pesawat yang kami tumpangi selain mengangkut orang yang ingin mudik juga mengangkut satu mobil di belakang. Dan apesnya kami dapat bagian belakang tersebut. Jadi mau tidak mau sepanjang perjalanan kami berempat, dari Makassar ke Madiun, hanya bisa berdiri. Perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Berdiri di sela kosong antara mobil dan dinding pesawat. Nggak banyak yang bisa dilakuin saat itu selain menikmati serunya berdiri dalam pesawat yang mengudara. Saat pesawat goyah sedikit kami langsung mencari topangan yang bisa membuat tubuh tetap seimbang. Menikmati serunya berdiri dalam pesawat saat pesawat take off maupun landing. SERU
Setibanya di landasan militer madiun, kami langsung mencari taksi, karena tujuan kami Purworejo, yang terletak di Jawa Tengah. Bukan di Madiun ini. Mencari taksi bukan berarti kami menghabiskan perjalanan selanjutnya dengan taksi. Bisa habis berjuta –juta bila kami menghabiskan 6 jam dalam taksi. Kan? Tujuan sebenarnya mencari taksi adalah untuk menuju terminal, karena perjalanan selanjutnya akan ditempuh dengan bus. Saat itu kami harus ganti-ganti bus sebelum akhirnya mendapat bus yang tepat. Lagi-lagi kami harus berlarian mengejar bus dengan jurusan yang tepat. Juga kami harus berdiri selama beberapa jam sebelum akhirnya dapat tempat duduk.
Saat itu ibu takut sekali terjadi sesuatu selama perjalanan, takut kecopetan. Mengingat saat itu ibu cuma sendiri, tanpa bapak yang sedang bertugas. Ibu, selain membawa kami anak-anaknya yang masih duduk di kelas TK, 3 dan 5 SD juga membawa barang yang banyak. Sehingga tidak heran ketika sampai di rumah jam 11 malam rasanya senang sekali. Bisa sampai rumah dengan selamat tanpa kehilangan satu apapun.

Sampai sekarang masih terekam jelas perjuangan mudik itu. Mudik yang penuh dengan perjuangan dan penuh kewaspadaan. Mudik yang paliiiinggg berkesan. Mengingat sekarang sudah tinggal di Yogyakarta, yang mana dari Yogyakarta ke Purworejo dapat ditempuh hanya dalam waktu 2 jam, dengan bus. 
Friday, July 18, 2014 No komentar

Kerukunan merupakan dambaan seluruh orang di belahan dunia manapun, tidak terkecuali di Indonesia. Membangun kerukunan tidaklah semudah membalikan telapak tangan namun tidak juga sesulit seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami. Mungkin itulah perumpamaan yang tepat untuk kerukunan di Indonesia. Negara kepulauan terbesar dengan berbagai macam kebudayaan, suku, ras, bahasa, dan agama. Setidaknya terdapat lebih dari 13.000 pulau di indonesia dengan masing-masing kebudayaan yang berbeda. Enam agama yang diakui dan adat-istiadat yang beraneka ragam.

Masalah ketidakrukunan di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru. Saat ini bahkan hari ini pasti ada di suatu daerah di Indonesia yang bersitegang karena perbedaan. Entah itu secara langsung ataupun tidak langsung. Perbedaan bukanlah satu-satunya masalah yang menimbulkan masalah dalam kerukunan. Pengetahuan yang kurang, toleransi dan kemauan untuk saling menghormati yang rendah menjadi faktor-faktor timbulnya ketegangan. Kebiasaan masyarakat yang diperoleh dari turun-temurun juga menambahi mengapa ketegangan tidak kunjung reda.

Salah satu contoh yang sering ditemui adalah tawuran siswa antar sekolah khususnya siswa SMA. Dilihat dari satu sisi kejadian tersebut bisa menggambarkan gagalnya lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga membangun sebuah arti kerukunan. Namun dilihat dari sisi lain kejadian tawuran sudah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa-siswa sebelumnya sehingga untuk menghentikan kebiasaan tersebut sangat sulit dan harus melibat banyak pihak, tidak hanya pihak sekolah yang menyerang namun juga pihak sekolah yang diserang. Adanya hukuman yang diberikan dalam kasus tawuran tersebut tampaknya tidak membuat siswa-siswa jera karena tetap saja kasus serupa dengan berbagai penyebab tetap terjadi.

Setiap orang tentu menginginkan kerukunan setidaknya dalam lingkungan terkecil yang dimulai dari lingkungan keluarga dan kemudian lingkungan masyarakat tempat dimana melangsungkan kehidupan. Lingkungan memegang peranan cukup penting untuk mewujudkan kerukunan. Lingkungan keluarga adalah sumber utama sifat atau karakter seorang anak terbentuk. Sebuah keluarga sangat penting untuk menerapkan arti kerukunan yang telah didapatkan anak saat berada di bangku dasar, saat menerima pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam pendidikan kewarganegaraan tersebut sangat terlihat jelas fokus ajar tersebut adalah mengenalkan kepada anak pengertian dan contoh sebuah toleransi dan kerukunan yang sering ditemui dalam lingkungannya. Baik lingkungan bermain ataupun lingkungan dalam rumah. Seperti menghormati orangtua atau kakak, menyayangi adik, tidak menggangu aktivitas orang yang sedang beribadah, tidak berbuat kecurangan baik. Hal semacam itu banyak diajarkan ketika seorang anak mulai memasuki bangku sekolah dasar. Untuk mendukung apa yang telah didapat dalam sekolah maka peran orangtualah disini dibutuhkan. 

Menerapkan, membimbing, menjelaskan sekaligus memberikan contoh langsung kepada seorang anak. Masa kembang anak yang lebih mudah meniru apa yang dilihat atau didengar langsung membuat orang tua harus selalu melakukan hal yang bersifat positif terhadap tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh selanjutnya dalam lingkungan yang lebih luas. Maka dari keluargalah sebuah kerukunan utama diciptakan.

Lingkungan masyarakat sekitar juga tidak kalah penting dalam memegang peranan membentuk kerukunan. Di lingkungan masyarakat seorang anak pertama kali dilepas dalam bersosialisasi dengan orang yang bukan keluarganya. Dari sana dapat dilihat bagaimana sifat seseorang terhadap masyarakat sekitar, sifat menghormati. Tidak jarang banyak masalah timbul dalam lingkungan masyarakat ini. Kurangnya rasa toleransi menjadi pemicu utama sebuah permasalahan. Baik itu toleransi dalam kehidupan sehari-hari ataupun toleransi dalam beragama. Seperti yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu di Yogyakarta yaitu terjadinya penyerangan terhadap warga yang sedang beribadah di gereja. Kejadian tersebut cukup menarik perhatian publik karena melibatkan dua agama berbeda, hal yang masih sangat sensitif untuk diperdebatkan secara terang-terangan. 

Secara tidak langsung penilaian masyarakat yang didapat dari media dapat berbeda, perbedaan tersebut dapat menimbulkan kesan tersendiri hingga mungkin mempengaruhi pandangannya dalam hidup beragama. Selain itu tidak kalah ramainya saat masalah agama di perdebatkan melalui dunia maya, bahwa mudah sekali seseorang menjelekkan agama yang bersebrangan dengan dirinya, bahwa mudah sekali kerukunan diusik oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Sejatinya tidak akan mudah mencegah kejadian seperti menjelekan suatu agama lain bila tidak dimulai dari diri sendiri, terlebih ketika ikut tersulut amarah saat seseorang menjelekan agama yang dianut. Namun bila dibiasakan untuk menahan amarah kejadian tersebut setidaknya tidak akan semakin runyam. Adanya kebebasan beragama dalam peraturan perundang-undangan bukan berarti bebas juga dalam menjelekan agama yang tidak dianut. Adanya kebebasan agama juga harus diikuti kesadaran untuk menghormati pilihan orang lain. 

Alangkah indahnya bila tiap agama menciptakan suasana kondusif dengan menjunjung tinggi agama yang dianut, tanpa melupakan agama lain. Indonesia, yang notabenenya negara dengan penganut agama islam terbanyak di dunia, penganut agama hindu nomor empat terbanyak didunia dan penganut agama kristen, katolik, budha, kong hu cu merupakan salah satu negara yang memang tidak bisa lepas dari masalah kerukunan beragama. Namun perlu diingat indonesia adalah negara yang dipandang mempunyai rasa toleransi beragama yang tinggi. Sehingga sudah selayaknya kita sebagai warga indonesia benar-benar menciptakan rasa toleransi tersebut.

Menjaga kerukunan tidak hanya menjadi tugas internal suatu negara tapi juga merupakan tugas eksternal dalam bernegara. Mengetahui pengetahuan agar tidak menimbulkan suatu masalah ketidakrukunan juga diperlukan. Tidak memandang suatu hal menjadi berlebihan juga dapat mendapat mencegah ketidakrukunan yang terjadi. Seperti kejadian akhir pekan lalu yang menarik perhatian negara lain yaitu pakaian musisi Ahmad dhani, seragam nazi. Sebagian orang memandang menggunakan pakaian tersebut sama dengan menguak luka lama yang telah dilakukan tentara nazi dengan kejam. Menggunakan pakaian tersebut dipandang dapat melukai hati sebagian orang dan dapat menjadi pemicu terjadinya sebuah perang yang tidak inginkan. Namun sebagian orang memandang sangat berlebihan menilai seragam yang digunakan Ahmad Dhani sebagai seragam nazi untuk dijadikan suatu masalah besar. Perbedaan pendapat merupakan hal wajar dalam kasus tersebut, namun tidak menengahi masalah bukanlah hal yang tepat. Bagaimanapun juga menghargai apa yang dirasakan warga jerman saat serangan nazi merupakan hal yang mulia untuk dilakukan, menjadikan pelajaran bahwa sejarah tidak dapat dikesampingkan karena dapat menjadi masalah dalam menyebabkan ketegangan.

Masih banyak contoh ketidakrukunan yang ada di negeri ini, baik yang tampak maupun yang tersirat. Perbedaan merupakan salah satu penyebab yang banyak dipermasalah. Menyamakan perbedaan bukanlah suatu jawaban yang tepat untuk menyelesaikan masalah ketidakrukunan karena sejatinya perbedaan, selayaknya selera, tidak bisa samakan. Jalan satu-satunya untuk mengatasi perbedaan dalam upaya menciptakan kerukunan adalah dengan menghormati pilihan masing-masing orang. Tidak menganggap dirinya yang paling benar, yang paling harus di utamakan dan menyadari bahwa setiap yang dilakukan, baik ataupun buruk,  pasti akan berdampak pada orang lain juga harus ditanamkan agar tercipta sikap toleransi. Adanya kerukunan pasti akan menguntungkan semua pihak karena akan tercipta rasa aman, nyaman dan tentram dalam menjalankan kehidupan ini.
***
Hallo lama nggak posting sesuatu sekalinya ngepost panjannnng. :).  jadi mumpung ini lagi liburan mau nyoba ngepost-ngepost. Dan di mulai dari postingan ini. Ini adalah tugas kuliah, sertifikasi II. Tugas waktu UAS, disuruh dosen untuk buat essay dengan tema Kerukunan yang Kudambakan. Daripada tugasnya cuma disimpan di laptop lebih baik di posting disini, buat menuh-menuhin :p ini karya sendiri. Ini pertama kali buat essay. alhamdulilah. Semoga ketagihan.Hihi
Well. Selamat menyusuri kata-kata saya. Yang sudah baca terimakasih! :)


Friday, July 11, 2014 No komentar


Hari ini, jumat 25 april 2014, merupakan hari yang sudah ditunggu-tunggu dari kemarin selama UTS berlangsung. Dijadikan penyemangat tersendiri buat belajar selama UTS. Kenapa? Karena hari itu adalah hari dimana bisa melihat najwa shihab secara langsung. Iya di acaranya yang terkenal itu mata najwa.


Tiket audiensi sebelumnya sudah disiapkan sebanyak 6000. Tiket diperoleh dengan cara mendaftar melalui email. Saya merupakan salah satu orang yang beruntung untuk mendapatkan tiket itu, hasil dari mendaftar hari pertama, 2 jam setelah pengumuman pendftaran, jam 1 pagi :) sebuah perjuangan melawan kantuk.

Runtut cerita, datanglah hari H. Menurut panitia sebelumnya open gate dibuka jam 11.30 sampai jam 13.30. Karena acara mulai tapping jam 14.00.

Saya dan si mbak sampai sana jam satu kurang. Dari jauh sudah keliatan penontonnya ngantri. Panas-panas. Tapi ya itu resiko awal sih :) Sampai sana langsung ngantri, antrian bisa dilihat :)


Oya, ada kejadian yang menarik perhatian saya waktu ngantri, disaat yang lain pada mencari cara agar tidak kepanasan, ada seorang cewek yang memanfaatkan waktu nya tersebut dengan membaca Al-quran dengan posisi berdiri. Bayangkan. Di bawah terik matahari, ramai dan posisi berdiri. MasyaAllah banget ya si mbak satu ini :)


20 menit berlalu tapi tetep ditempat awal antrian. Cuma diam ditempat, nggak maju. Kalau pun maju cuma lima langkah dan itu pun nggak berarti apa-apa. 45 menit berlalu dan nggak berubah juga, yang ada malah dari atas pintu masuk banyak orang teriak saking ramainya dipintu utama.

sumber @fanimaulana
Lumayan lama pada teriak-teriaknya. Cukup buat suara jadi serak.
nggak lama setelah teriakan reda ada mas-mas yang bilang kalau pintu sudah ditutup. Kuota penuh.

Dan ini sangat bikin,

1. kecewa

2. kaget

3. kaget

4. melongo

nggak bisa habis pikir gimana bisa kuota sudah habis sedangkan kita yang ngantri megang tiket asli masih banyak. Berasa sia-sia perjuangan daftar awal jam 1 pagi-_-

Akhirnya dengan segenap tekad ketidakterimaan ini para pemegang tiket tetap dan semakin bergerak ke depan pintu utama. Silahkan bayangkan ramainya. Bahkan saking ramai dan capek ngantri, ada mbak-mbak yang digotong karena pingsan.

Pintu benar-benar ditutup dan nggak ada panitia yang menjelaskan nasib kita, pemegang tiket asli yang sudah panas-panas ngantri. Inisiatif (?) akhirnya mas-mas yang di depan pintu pada kompakan teriak dobrak-dobrak. Teriakan semakin menggema saat yang lain, yang dibawah, ikut berteriak 'DOBRAK-DOBRAK'. Pintu yang dari kayu itu akhir di dobrak. Walaupun nggak bisa liat pendobrakan secara langsung karena berada di bawah tapi kayaknya itu bener-bener di lakuin. 


Saat yang di atas pada dobrak, yang dibawah berteriak 'DOBRAK-DOBRAK' Dan yang di dalam yang acara sudah mulai nggak tau lagi ngapain, ntah dengar teriakan kita atau tidak, yang pasti habis ribut-ribut itu , ntah panitia atau siapa malah melempar notes. Notes yang merupakan fasilitas yang akan di dapat dari pemegang tiket. Mungkin niatnya emang baik, setidaknya dapat hasil dari GSP walaupun tidak bisa masuk.

Saat dilempar, sebagian ada berebut untuk mendapatkannya tapi sebagian juga bilang 'lempar balik lagi, jangan mau, jangan mau cuma dapet notes'.

Akhirnya, selain pendobrakan, lempar melempar pun terjadi. Ini ngeri bangeeeettt... Ngeri kalo kena kepala -_- nggak lama setelah kejadian itu datanglah beberapa polisi. Mungkin niatnya mau ngendaliin yang pada dobrak tapi akhirnya pak polisi juga nggak bisa berbuat banyak. Tetep di bawah. Mau maju juga nggak bisa. Rameee banget.
Mungkin *lagi*, karena teriakan kita kedengaran sampai dalam dan mengganggu atau karena takut pintu bener-bener jebol gara-gara di dobrak akhirnya kita dibolehin masuk , tanpa dapat fasilitas yang sudah dijanjikan, lewat pintu samping. Dan kejadian saat masuk lewat pintu samping adalah dengan cepat-cepatan larinya. Beruntung karena saya dan si mbak di bagian bawah jadi bisa masuk lari duluan.


Seneng? Bangeeeet. Akhirnya bisa masuk juga :) nggak sia-sia ngantrinya. Ternyata eh ternyata di dalam memang semua kursi udah penuh. Penuh saat yang pegang tiket masih banyak di luar.
Kok, bisa? Entahlah.. biar jadi evaluasi panitia. Banyak dipertanyakan.
Awalnya di dalam cuma berdiri di pojokan, tapi terus disuruh pindah. Katanya masih ada yang kosong. Tempat kosong yang dimaksud adalah lantai. Yaakk.. kita disuruh lesehan di depan panggung. Di antara 2 deretan kursi. Artinya? Kita di depan! Kita dapet tempat yang strategis buat lihat figur-figur hebat secara dekat. Kekurangannya? Ya itu tampak seperti orang yang nggak punya tiket tapi ngebet banget masuk, padahal? Kita beneran punya tiket kok! Asli!

sumber @erinaerer

Well, that’s the ending.

Perkiraan masuk setelah perjuangan dapat tiket selesai ternyata meleset tajam. Perjuangan yang mendapat tiket dan yang tidak mendapat tiket sama saja. Bahkan bisa dibilang lebih buruk. Tapi ya inilah perjuangan. Ternyata masih ada perjuangan setelah perjuangan .... jangan terlena, tetap semangaaaaaaaaatttttt :)



 

Saturday, April 26, 2014 No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me


Halooo! Aku Rani~ Blog ini hanya berisikan cerita sehari-hari, ambil yang baik-baiknya aja yaaa, karenaa... .

“We write to taste life twice, in the moment and in retropect.” Anais Nin

:)

Follow Me

Blog Archive

  • ►  2023 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2020 (11)
    • ►  December (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (2)
  • ►  2019 (1)
    • ►  August (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (29)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (8)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  January (9)
  • ►  2016 (16)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (4)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2015 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (3)
    • ►  February (2)
  • ▼  2014 (12)
    • ▼  September (2)
      • My Chinese Name
      • Siapa Mewakili Siapa
    • ►  August (4)
      • Semangat Girls' Generation
      • Cetak Foto Yuk!
      • Pengunjung Apotek Sabtu Ini
      • Prolog Sebuah Konflik
    • ►  July (3)
      • Tiga Hal Yang Ditunggu Di Bulan Juli 2014
      • Berdiri Dalam Hercules, Berlari Mengejar Bus
      • Kerukunan Dalam Perbedaan
    • ►  April (2)
      • Perjuangan Setelah Perjuangan
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (14)
    • ►  December (1)
    • ►  August (6)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  February (2)

Popular Posts

  • Bahasa Jawa Dalam Percakapan
    Saya bukan orang yang pintar berbahasa jawa. Saya lagi belajar, memperlancar. Postingan berbau bahasa jawa ini saya ambil dari ucapan seh...
  • Kulo Dereng Saget
    Dulu, beberapa kali bapak pernah bilang “sekarang kalo ngomong pake bahasa jawa. Masak orang jawa nggak bisa bahasa jawa. Masak tingga...
  • My Chinese Name
    Ni hao ma? Wo de ming zi shi rani. Apa kabar? :) nama saya adalah rani . Hallo, di atas adalah contoh bahasa mandarin, hasil belajar bah...
  • SINAU JOWO: BERBAUR DENGAN BAHASA JAWA
    Halo... Sudah lama aku pengen nulis tentang bahasa jawa yang sekarang lebih sering ku gunakan, mau tidak mau, suka tidak suka, karena terk...
  • Suspended Twitter
    Akun sosial media ter-suspend lagi itu rasanya AWWW banget. Setelah sebelumnya instagram yang baru beberapa hari dibikin ter-suspend, s...
Powered by Blogger.

Created with by ThemeXpose